Ini tentang Jugun Ianfu di Kota Cimahi

- 11 November 2021, 04:00 WIB
Seniwati Indah Febriliana memerankan seorang Jugun Ianfu pada pegelaran teater Tembang Panineungan di Gedung The Historich Jalan Gatot Subroto No. 19 Kota Cimahi dalam rangkaian kegiatan Festival Heritage Kota Cimahi 2021.
Seniwati Indah Febriliana memerankan seorang Jugun Ianfu pada pegelaran teater Tembang Panineungan di Gedung The Historich Jalan Gatot Subroto No. 19 Kota Cimahi dalam rangkaian kegiatan Festival Heritage Kota Cimahi 2021. /Istimewa/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Kisah pilu Jugun Ianfu, korban kekerasan seksual terhadap perempuan di Kota Cimahi pada masa penjajahan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945 diangkat dalam pertunjukan teater berbahasa Sunda. Pertunjukan berjudul ‘Tembang Panineungan’ merupakan rangkaian kegiatan Festival Heritage Kota Cimahi 2021.

Pertunjukan di gelar secara daring bersamaan dengan pembukaan Pameran Lukisan Heritage Kota Cimahi, Selasa 9 November pukul 14.30 -16.30 WIB di gedung The Historich Jalan Gatot Subroto No. 19 Kota Cimahi.  “Pertunjukan teater yang sepenuhnya dibiayai Fasilatisi Bidang Kebudayaan 2021 Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek RI merupakan upaya penggalian sejarah pada masa pendudukan Jepang di Kota Cimahi,” terang Ketua pelaksana Festival Heritage Kota Cimahi 2021, Siti Yanti Abintini.

Diceritakan Siti Yanti Abintini, masa penjajahan Jepang adalah sejarah kekejaman Perang Dunia II di Asia, termasuk di Indonesia. “Pada waktu itu tentara Jepang di Kota Cimahi bukan saja menahan tentara Hindia Belanda dan penduduk pribumi yang dianggap membangkang di kamp konsentari dan tanamkan kerja paksa (romusa), juga melakukan penculikan terhadap perempun yang masih muda belia dan dijadikan budak sek para tetara Jepang,” ujar Siti Yanti Abintini.

Baca Juga: Instagram Ahmad Dhani Dipenuhi Ucapan Alfatihah buat Soeharto, Kok Bisa? Rupanya Inilah Penyebabnya

Menurutnya, mengangkat kisah perempuan yang dijadikan pemuas napsu bejad tentara Jepang dengan sebutan Jugun Ianfu tidak bermaksud ingin membuka luka lama nasib perempuan di Cimahi. Tapi menitikberatkan pada penggalian sejarah juga mengangkat tentang persoalan gender.

“Walau Jugun Ianfu merupakan sejarah kelam, tapi masyarakat Kota Cimahi, Indonesia, bahkan dunia wajib tahu bahwa penjajahan bukan semata ingin mengeruk kekakayan yang dimiliki bangsa yang dijajahnya, kebiadaban penjajahan juga menelan banyak korban yang mungkin terlupakan sama kita, terutama para korban dari kaum perempuan. Untuk itu, seperti yang diamatankan konstitusi kita bahwa segala bentuk penjajahan harus dileyapkan dimuka bumi ini,” tuturnya.

Tambahnya, kaum perempuan Indonesia, khususnya di Kota Cimahi harus bebas dari segala hal yang merendahkan martabatnya. Jangan ada lagi Jugun Ianfu-Jugun Ianfu gaya baru. Perempuan Indonesia harus cerdas, paham atas segala kelemahan dan kelebihannya sehingga tidak mudah dimanfaatkan oleh oknuk atau kepentingan apapapun yang bisa merusak dirinya baik tubuh maupun mentalnya.

“Pertunjukan teater Tembang Panineungan menjadi media penyadaran terhadap kaum perempuan untuk tidak tenggelam dalam pederitaan. Kaum perempuan harus bangkit dan punya kesetaran gender,” tandas yanti.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Rabu Malam, Penulis Sepertinya Sulit Tarik Benang Merah Soal Denis dan Vera!

Dalam waktu bersamaan, Selamet Oki Protomo sutradara pertujukan teater Tembang Penineungan mengungkapkan, kisah Jugun Ianfu di Cimahi yang ceritranya di susun Hermana HMT ini tidak mengangkat sejarah seutuhnya. Walau kejadiannya nyata adanya, tapi ceritra tidak menghadirkan nama tokoh korban sesungguhnya, atau disamarkan dan dibumbui cirita fiktif.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x