Tradisi Nyipuh di Kalang Kamuning Kampung Panyairan Desa Cihideung, Bandung Barat

- 14 Desember 2021, 14:00 WIB
Para wanita muda melakukan prosesi Andeng-Andeng Ngayun Panyipuhan, pada acara tradisi Nyepuhan di  di Kampung Panyairan Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
Para wanita muda melakukan prosesi Andeng-Andeng Ngayun Panyipuhan, pada acara tradisi Nyepuhan di di Kampung Panyairan Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. /Portal Bandung Timur/may nurohman/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Masyarakat Sunda yang terkenal sebagai masyarakat agraris, sangat kuat memegang adat trasdisi yang diturunkan secara turun temurun. Demikian pula saat agama Islam turun, budaya tradisi masih dipegang sangat kuat hingga terjadi akulturasi budaya dengan agama. Dan hal ini pula yang dilakukan Sunan Gunung Djati dalam menyebarkan agama Islam di tahan Parahiyangan.

Seperti halnya yang dilakukan masyarakat di sejumlah wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Setiap tahun memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabi'ul-awwal (Mulud). Meskipun lahirnya pada tanggal tersebut, namun secara kultural masyarakat di beberapa daerah, seperti di Desa Cihideung, Kecamatan Paropong Kabupaten Bandung Barat memiliki perhitungan tradisi atau naftu tersendiri yang disebut balungan (palintangan, merupakan salah satu cara untuk menentukan hari, tanggal yang baik untuk upacara dan tujuan lainnya). 

Masyarakat menentukan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW mengambil perayaannya di desa-desa di beberapa tempat kramat dengan caranya sendiri. Seperti pada tanggal 14 Rabi'ul (Mulud) di Kampung Panyairan Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, khususnya di Padepokan Kalang Kamuning, pada tanggal tersebut, masyarakat muslim merayakannya disertai dengan upacara Nyepuhan (Nyeukeutkeut) Parabot.

Baca Juga: Shopee Rayakan 12.12 Birthday Sale bersama Seluruh Ekosistem pada 12 Desember

Kuatnya percampuran berbagai tradisi tertentu ke dalam mistik dan Islam, menjadi suatu kepribadian yang majemuk. Hal ini misalnya terdapat dalam upacara Maulid dengan memandikan gamelan atau lazim dikalangan masyarakat setempat disebut nyepuh.

Nyepuhan berasal dari kata nyipuh, yang berarti mengasah, memandikan, penyucian, atau nyeukeutkeun (menajamkan). Nyipuh itu, artinya menutup atawa membungkus dengan sipuh èrmas atau èrperak. Kasipuh, artinya tambah bagus, tambah terpuji.

Sedang kata Parabot, asal dari kata "pakakas" atau alat. Alat untuk tukang kayu, ragaji kampak, tatah dan sebagainya. Namun kata Parabot oleh kalangan pelaku seni daerah Subang, Karawang, dan juga oleh sebagian para pelaku seni Bandung Barat, untuk menyebut kata lain gamelan,  istilahnya parabot.

Baca Juga: Tiga Menteri Kabinet Jokowi Sambagi Kabupaten Bandung, Ada Apa

Upacara Nyepuhan adalah sumber kepedulian untuk menjaga atau melestarikan karuhun (leluhur) dalam menegakkan ajaran Agama Islam. Upacara ini bertujuan untuk menyucikan diri atau meninggikan ilmu supaya matih (manjur), menajamkan pusaka, memandikan parabot (gamelan), dan meminta keselamatan.

Upacara Nyepuhan Parabot yang dilakukan oleh Padepokan Kalang Kamuning bersama seniman, dan warga masyarakat Kampung Panyairan Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, menurut Abah Yanto Susanto, sesepuh Sanggar Seni Kalang Kamuning mengatakan pada kesempatan ini mencoba menggali atau merevitalisasi upacara Nyepuhan Parabot. Kegiatan sebagai bentuk kepedulian memelihara kelestarian kearifan budaya lokal yang sudah jarang dilakukan oleh warga Desa Cihideung.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x