“Hampir setengah hari dilakukan anak-anak menggunakan bahasa Sunda, bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak juga turut serta memberikan tatarucingan (tebak-tebakan) dengan iming-iming hadiah. Dan yang membuat dari para orang tua terenyuh adalah bahasa Sunda yang mereka pergunakan masih sangat baik, artinya tidak ada ucapan atau kalimat dengan diselingi bahasa nasional (Indonesia) atau bahasa alay,” ujar Deden Tresnawan, seraya menambahkan bahwa rangkaian acara sesuai kesepakatan dengan pengurus warga diselenggarakan dengan protokol kesehatan sangat ketat, setiap peserta diperiksa suhu badan dan menggunakan masker serta menjaga jarak. (heriyanto)***