Nyipuh Pangaweruh Ruat Rumawat Pusaka di Padepokan Bumi Ageung Saketi Psirbiru Cibiru Kota Bandung

- 23 Oktober 2022, 21:17 WIB
 Tradisi Nyipuh Pangaweruh atau Ruat Rumawat Pusaka diPadepokan Bumi Ageung Saketi  Kelurahan Pasirbiru Cibiru Kota Bandung diikuti pemilik  ratusan benda pusaka.
Tradisi Nyipuh Pangaweruh atau Ruat Rumawat Pusaka diPadepokan Bumi Ageung Saketi Kelurahan Pasirbiru Cibiru Kota Bandung diikuti pemilik ratusan benda pusaka. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Padepokan Bumi Ageung Saketi menggelar tradisi Nyipuh Pangaweruh atau Ruat Rumawat Pusaka. Ratusan benda pusaka milik kolektor maupun warisan orang tuan dari berbagai daerah turut hadir.

Tradisi Nyipuh Pangaweruh atau Ruat Rumawat Pusaka dipimpin langsung pemilik Padepokan Bumi Ageung Saketi Abah Enjoem. Acara berlangsung di Padepokan Bumi Ageung Saketi di Kampung Jati, RT04 RW06, Kelurahan Pasir Biru, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. 

Kepada Portal Bandung Timur Abah Enjoem mengatakan bahwa salah satu tradisi masyarakat Sunda pasca Islam yang sudah berjalan secara turun temurun adalah aktivitas nyipuh pusaka. Tradisi dilakukan ketika bulan Mulud (Rabiul Awal) dalam penanggalan Islam atau Hijriah.

Baca Juga: Ini Instruksi Kapolri Jenderal Sigit Prabowo Pada Jajaran Korlantas Polri Seluruh Indonesia

“Nyipuh atau nyepuh berarti mengasah, memandikan, penyucian, atau nyeukeutkeun atau menajamkan,” terang Abah Enjoem. 

Nyipuh juga menurut Abah Enjoem, memiliki arti menutup atawa membungkus dengan sipuh èrmas atau èrperak. “Kasipuh, artinya tambah bagus, tambah terpuji, sementara pangaweruh adalah pangarti, atau pengetahuan,” jelas Abah Enjoem. 

Nyipuh Pangaweruh yang digelar Padepokan Bumi Ageung Saketi memiliki tujuan untuk mengajak masyarakat umum dan siapapun yang memiliki barang atau benda yang bersifat pusaka untuk berkumpul. Juga bersama-sama berdoa, dan merawatnya bersama-sama.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Sejumlah Negara Kembali Mengalami Lonjakan

Disamping memiliki dan menyimpan benda-benda yang bersifat pusaka, Padepokan Bumi Ageung Saketi mengajak untuk menyeimbanginya dengan pengetahuan tentang kebendaan atau kepusakaan itu sendiri. Benda-benda tua atau warisan dari leluhur jangan selalu dianggap sesuatu yang memiliki nilai ghaib dan bersifat mistis, dibalik itu kita harus mengetahui sejarah, lakon dan asal usulnya.

“Hal demikianlah yang menjadikan kenapa benda pusaka bisa berharga dan memiliki nilai yang harus dipertahankan. Jadi menurut hemat kami ada yang tidak kalah penting selain harus menyipuh pusaka, yaitu menyipuh pengetahuan,” ujar Abah Enjoem.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah