Teh Jangkung,  Warisan Preanger Planters Kerkhoven dan Bosscha di Pangalengan

- 8 Juni 2023, 02:00 WIB
Deretan pohon teh yang pertamakali di budidayakan Rudolph Albert Kerkhoven tahun 1869, di kawasan perkebunan teh Malabar Pangalengan sudah berusia ratusan tahun masih tumbuh subur .
Deretan pohon teh yang pertamakali di budidayakan Rudolph Albert Kerkhoven tahun 1869, di kawasan perkebunan teh Malabar Pangalengan sudah berusia ratusan tahun masih tumbuh subur . /Portal Bandung Timur/amila sholeha/

Jalanan Perkebunan Malabar yang semula biasanya hanya di lewati oleh warga setempat dan siswa yang hendak bersekolah mendadak ramai dengan kedatangan pengunjung dari berbagai daerah dengan tujuan untuk mengunjungi destinasi wisata “Teh Jangkung”.

Pembangunan infrastruktur yang menunjang kebutuhan para pelancong pun di galakan, seperti warung-warung kecil, tempat duduk, toilet, tempat parkir hingga loket untuk menjual karcis masuk yang di bandrol 15 ribu perorangnya.Sesuai dengan trend saat ini, pengunjung menggunakan lahan Teh Jangkung untuk menggerai tikar dan mengadakan piknik dengan suasana vintage, berkumpul dan berfoto. Akan tetapi, sebagian besar pengunjung tidak tahu menahu mengenai apa sebenarnya tempat yang di sebut Teh Jangkung ini.

Dalam sesi wawancara dengan Bapak Ujang (50) selaku koordinator pengelola tempat wisata Teh Jangkung, di sebutkan bahwa Teh jangkung adalah teh dengan bentuk dan jenis yang pertama ditanam oleh Bosscha pada tahun 1896 pada saat ia membangun perkebunan teh Malabar. Meskipun telah berusia ratusan tahun, tanaman teh tersebut tetap berdiri kokoh di lahan seluas 1 hektar.

Makam Karel Albert Rudolf Bosscha, diantara perkebunan teh Malabar,  Pangalengan Kabupaten Bandung.
Makam Karel Albert Rudolf Bosscha, diantara perkebunan teh Malabar, Pangalengan Kabupaten Bandung.
“Jenis tanaman teh yang ada di perkebunan Malabar saat ini merupakan pengembangan dari Teh jangkung yang dibentuk menjadi bonsai (lebih pendek) supaya mudah dipanen. Penanaman tanaman saat ini tidak menggunakan batang, tetapi menggunakan biji supaya tanaman cepat tumbuh, tetapi dalam hal kualitas produksi dan lama tanaman teh cenderung berkurang” ujar pak Ujang (50) menambahkan.

Namun bila mengutip dari jurnal hasil penelitian Karel Albert Rudolf Bosscha, berjudul ‘Proefstation voor thee No. XXXVII: Bemestingsproeven  genomen te Malabar II. Departement van Landbouw Nijverheid en Handel  yang didapat dari website delpher.id  disebutkan bahwa jenis teh yang dikembangkan di Perkebunan Malabar adalah teh Assam yang didatangkan dari India.

Tanaman teh yang pertama kali datang ke tanah Pangalengan ditanam di kawasan yang sekarang menjadi Objek Wisata Teh Jangkung untuk selanjutnya dirawat hingga mampu menghasilkan bibit berupa biji ataupun batang untuk penanaman teh generasi selanjutnya.

Baca Juga: Keindahan Kawasan Wisata Gunung Wayang Windu Panenjoan Pangalengan Bandung

Sembari menunggu tanaman teh jangkung tumbuh, Karel Albert Rudolf Bosscha, membangun segala fasilitas yang diperlukan oleh perkebunan, mulai dari pembukaan lahan, pembangunan pabrik, pembangunan kampung-kampung dengan setiap rumah penduduk yang berupa barak hingga penelitian-penelitian untuk menunjang keberlangsungan perkebunan.

Selanjutnya  Karel Albert Rudolf Bosscha, mulai menanam teh generasi selanjutnya hingga perkebunan mulai bisa memproduksi teh dengan jumlah yang cukup banyak dan harga yang stabil di pasaran. Pada tahun-tahun berikutnya  Karel Albert Rudolf Bosscha, dijuluki sebagai raja teh hitam karena kualitas teh yang di hasilkan oleh Perkebunan Malabar.

Karel Albert Rudolf Bosscha,  melakukan penelitian terkait pemupukan, fermentasi hingga pengorganisasian perkebunan. Tetapi, meskipun  Karel Albert Rudolf Bosscha, banyak melakukan penelitian dan perluasan lahan perkebunan, tanaman Teh Jangkung tidak pernah di ubah maupun dihancurkan, dibiarkan tetap tumbuh sebagai varietas pertama di perkebunan.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah