Sepeninggal Karel Albert Rudolf Bosscha, perkebunan Malabar jatuh ke tangan keluarga juragan teh Priangan. Sempat berada di bawah pemerintahan Jepang yang telah membawa kemunduran yang cukup signifikan.
Pergantian pengelolaan perkebunan tak pernah mengubah posisi Teh Jangkung hingga saat ini. Teh Jangkung tetap berdiri tanpa tersentuh oleh masyarakat luas, menjadi saksi bisu setiap hal yang dialami oleh perkebunan hingga sejak tahun 2019 tatkala Pangalengan banyak diincar oleh wisatawan berbagai daerah, ada beberapa upaya untuk menjadikan Teh Jangkung sebagai tempat wisata oleh masyarakat setempat.
Pengelolaan oleh masyarakat setempat tidak berjalan dengan maksimal karena kurangnya dana, fasilitas hingga praktek pungli yang berlangsung, Pak Ujang (50) menyebutkan bahwa sejak tahun 2021 pihak Agrowisata yang berada dibawah PTPN VIII banyak melakukan pengamatan terhadap beberapa tinggalan sejarah maupun objek wisata yang ada di wilayah Perkebunan Malabar termasuk Makam dan rumah Bosscha yang telah lebih awal dikelola. Pada tahun tersebut pengelolaan Teh jangkung dipegang oleh pihak agro dan pembangunan fasilitas dilakukan.
Pada awalnya Teh Jangkung tidak terlalu banyak dikunjungi, hingga sejak akhir 2022 seorang seleb tiktok memviralkan suasana Teh Jangkung dan sejak saat itu pengunjung banyak datang. Dan sejak saat itulah Teh Jangkung memiliki dua peran, yakni sebagai sebuah situs sejarah peninggalan sang Jurangan Teh, Tuan Bosscha dan sebagai objek wisata alam Pangalengan yang tentunya masih eksis hingga saat ini. tetapi, apakah gempuran wisatawan akan menjamin kebersihan lingkungan serta perlindungan terhadap Teh Jangkung sebagai situs sejarah? (Amila Sholeha)***.