Gedong Pemancar Radio Belanda Cililin, Diakui sebagai Bangunan Cagar Budaya Tapi Tidak Jadi Cagar Budaya

- 18 Juni 2023, 09:14 WIB
Kondisi Gedong Pemancar Radio Belanda di Kampung Radio, Desa Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat kondisinya sangat memprihatinkan sebagai bagunan cagar budaya.
Kondisi Gedong Pemancar Radio Belanda di Kampung Radio, Desa Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat kondisinya sangat memprihatinkan sebagai bagunan cagar budaya. /Portal Bandung Timur/Dila Fadila Hoerunnisa/

Namun demikian Gedong Pemancar Radio Belanda teramat kokoh hingga mampu bertahan sampai sekarang. Walaupun dibeberapa bagian sudah terdapat kerusakan akibat kurangnya pemeliharaan.

Pemasangan papan pemberitahunan cagar budaya Gedong Pemancar Radio Belanda tidak mampu mempertahankan keaslian Gedong Pemancar Radio Belanda sebagai bangunan cagar budaya.
Pemasangan papan pemberitahunan cagar budaya Gedong Pemancar Radio Belanda tidak mampu mempertahankan keaslian Gedong Pemancar Radio Belanda sebagai bangunan cagar budaya.
Bukan hanya Gedong Pemancar Radio Belanda saja, Raymond rupanya membuat empat bangunan lain yang posisinya berdekatan dengan Gedong Pemancar Radio Belanda. Gedung tersebut yakni Gedung Diesel, Gedung Peredam Suara, Gedung Pengatur Cuaca, dan Gedung Pemancar Gelombang atau Pembangkit Listrik.

Bangunannya dilengkapi oleh adanya radar sinyal yang disimpan diatas bukit agar dapat menjangkau banyak tempat. Sinyal radio yang berpusat di Cililin ini diklaim sebagai sinyal pertama yang bisa menjangkau hingga ke Benua Eropa khususnya Belanda.

“Fungsinya kan udah beberapa tahun ke belakang, bangunannya juga udah lama ada sebelum bapak lahir, ini kan pertama di dunia bukan di Indonesia”, ujar seorang bapak berumur 50 tahun lebih yang tidak ingin namanya disebutkan, ia adalah warga sekitar yang bekerja sebagai tukang ojek.

Gedung yang sudah berumur 100 tahun lebih ini dahulunya digunakan sebagai markas Kolonial Belanda dalam menyiapkan dan mengawasi segala sesuatu untuk menghalau serangan musuh yang bergerak ditanah jajahannya. Pemilihan Kampung Radio (Cililin) sebagai titiknya dikarenakan pada saat itu wilayah ini masih berupa perbukitan yang keberadaannya sulit diketahui oleh pihak musuh.

Awal didirikan gedung ini dinamakan sebagai Gedung Bedrief, lalu dikembangkan menjadi Gedung Telekomunikasi Telepoonken dimana semua peralatan komunikasi disimpan. Tak cukup sampai disitu, Pemerintah Kolonial Belanda semakin mengembangkan gedung ini sampai menjadi Radio Nirom atau Nederland Indishe Radio Ommelanden Maatschappij.

Perubahan ini rupanya mendapat pengaruh dari Perang Dunia 1 yang melibatkan banyak negara di Benua Eropa. Dalam Perang Dunia 1, berbagai Negara Eropa belomba-lomba membuat persenjataan canggih dalam jumlah yang banyak.

Lain halnya dengan Belanda, selain membuat persenjataan, mereka juga turut membuat berbagai peralatan komunikasi yang dinilai penting. Usahanya berjalan dengan baik sehingga salah satu hasil dari pembuatan alat telekomunikasi tersebut difungsikan dan ditempatkan di Cililin.

 “Disana juga ada bangunan lain cuman sekarang dipake sama Koramil, ada juga tuh di SMAN Cililin, terus ini di bawah gedung ini ada satu bangunan lagi yang udah ambruk tapi sisa-sisanya masih ada”, ujar Bapak berumur 50 tahun tadi.

Setelah Indonesia merdeka, gedung-gedung yang berdiri di tanah Kampung Radio ini menjadi terbengkalai. Tiga gedung lainnya hilang karena termakan usia, dua diantaranya masih ada yakni Gedong Pemancar Radio Belanda dan Gedung Pembangkit Listrik.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah