Seren Taun, Nampa Taun, Mapag Taun Kasepuhan Girijaya Cidahu-Sukabumi

- 11 Oktober 2023, 00:22 WIB
Masyarakat adat Kasepuhan Girijaya di Cidahu Kabupaten Sukabumi tengah mempersiapkan ikatan padi untuk acara Seren Taun atau Sedekah Bumi yang diselenggarakan setiap tanggal 1 Muharram berdasar penanggalan Islam.
Masyarakat adat Kasepuhan Girijaya di Cidahu Kabupaten Sukabumi tengah mempersiapkan ikatan padi untuk acara Seren Taun atau Sedekah Bumi yang diselenggarakan setiap tanggal 1 Muharram berdasar penanggalan Islam. /Portal Bandung Timur/yustialaras mayangsari/

Dirinya berharap kepada pihak terkait, khususnya Pemkab Sukabumi untuk lebih memperhatikan dan lebih peduli dengan keberadaan padepokan yang menyimpan berbagai sejaha tersebut.

Tradisi nampa taun mapag taun ini pertama kali dilakasanakan ketika Girijaya dipimpin oleh Rd. Dadang, cucu dari Eyang Kulon (leuluhur Girijaya) pada tahun 1942. Dimana Rd. Dadang mempunyai program pertama yaitu: Seren Taun Nampa Taun Mapag Taun Baru Hijriyah setiap tahun (Muludan), ditambah dengan khitanan massal; dan menngajak warga masyarakat untuk membangun jalan dari Girijaya sampai Cibaregbeg, sehingga kendaraan yang akan menuju Girijaya bisa sampai kesana.

Sejak saat itulah mulai berdatangan orang-orang dari berbagai daerah menuju Girijaya untuk mendukung pelaksanaan Seren Taun, seperti dari Kab. Sukabumi, Bogor, Bekasi dan lain sebagainnya. “Raden Dadang kemudian menambah bangunan seperti: rumah kidul (rumah besar), pendopo, dapur umum, ruang penginapan tamu, dan merapihkan halaman-halaman,” kata Andy.

Selain itu juga dibuat  Bale Paseban yang merupakan bale musyawarah. Namu pada saat tradisi Seren Taun dijadikan tempat pentas memegelarkan berbagai kesenian tradisi. Seuruh masyarakat bisa berinteraksi dan terlibat dalam pagelaran seni tradisi.

Di Kasepuhan Girijaya memiliki beberapa tempat yang di kramatkan. Ada Pasarean yang merupakan tempat kramat para sesepuh lehur masyarakat ada Kasepuhan Girijaya.  Pondok Gusti berupa patilasan, dimana pada zaman dahulu para leuluhur kami datang ke Girijaya itu pertama kali menginjakan kakinya di Pondok Gusti terlebih dulu baru turun ke Girijaya dan membuat suatu daerah karena jika membuat daerahnya di pondok gusti itu tempatnya terlalu tinggi, lebih tepatnya berada di pertengahan hutan Halimun Salak, dan terakhir Makam Eyang Abu atau makam leluhur. (yustialaras mayangsari)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah