Ketua Sanggar Seni Bandoengmooi, Mochammad Fikri mengatakan, pertuinjukan Kerajaan Tikus ini merupakan sebuah evaluasi pewarisan seni longser ke 3 yang dilakukan Bandoengmooi di tahun 2023.
Munurutnya, mereka paling tidak memiliki tiga kemapuan, untuk laki-laki bisa akting dan menabuh musik, sedangkan yang perempuan bisa menari dan akting, dan mereka didorong terlibat langsung memasarkannya, menjalin kerjasama dengan stakehorder pendukunya, dan menjaring penonton dari kalangan remaja juga masyarakat umum.
“Dalam pemasaran alhamdulilah pada kesempatan ini kami dapat menjaring penonton sekitar 1.000 orang yang 90 perser remaja dan sebagai penonton pemula seni longser. Pertunjukan digelar hanya 1 hari dan dibagi 4 sesi. Jadi dalam seharian, dari pagi hingga malam mereka melakukan 4 kali pertunjukan dalam bentuk yang sama,” ungkapnya.
Baca Juga: Sandiwara Tradisional, Hirup Teu Neut Paeh Teu Hos
Ketua Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi yang menaungi Sanggar Seni Bandoengmooi mengungkapkan, pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan secara berkesinambungan tiap tahun.
“Setelah ini, tahun 2024 mendatang kami menerima pemagangan untuk calon pelatih seni longser. Para pemagang di Bandoengmooi dilatih kompentensi dibidang tari, musik, akting, pencak silat dan magemen seni longser yang disiapkan untuk menjadi pelatih longser di SMA/SMK,” katanya.
Seni Longser sudah ditetapkan oleh Kemdikbudristek RI sebagai warisan budaya takbenda dari Jawa Barat. Namun nasib seni longser saat ini seperti mahluk yang hidup segan mati tak mau.
Untuk itu diperlukan upaya yang sitematis agar seni longser eksitensinya tetap terjaga dan berkebang lebih maju. Melakukan pewarisan seni Longser pada generasi muda milenial secara sistimatis dan melihat perkembangan zaman menjadi pembuka seni Longser agar diterima kembali menjadi bagian penting dalam pergaulan hidup masyarakat Jawa Barat.