Rosyid E Abby, Film Indonesia Harus Miliki Identitas Cerminan Semangat Keindonesiaan

- 28 Oktober 2023, 01:23 WIB
Gengre film bioskop horor masih digemari di Indonesia.
Gengre film bioskop horor masih digemari di Indonesia. /Tangkapanlayar instagram @cinema.21/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Rosyid E. Abby  menegaskan tidak bisa dipungkiri, tayangan OTT atau Over The Top telah menjadi bagian dari media penayangan film selain di bioskop, bukan hanya berperan di masa pandemi saja. Hejatinya, film Indonesia harus memiliki identitas, cerminan, dan semangat keindonesiaan.

Hal tersebut ditegaskan Rosyid E. Abby selaku Ketua Regu Pengamat Film Indonesia Festival Film Bandung 2023 dalam ‘Catatan Film Indonesia 2022-2023’ dalam rangka hajatan tahunan Film Indonesia Festival Film Bandung yang diselenggarakan Forum Film Bandung  atau FFB. Tahun 2023 ini penyelenggaraan Film Indonesia Festival Film Bandung merupakan yang ke 36, diselenggarakan di Gedun Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat, Jumat 27 Oktober 2023 malam.

Dalam ‘Catatan Film Indonesia 2022-2023’, Rosyid E Abby mengungkapkan, sejak 2 tahun lalu (2021) pengamatan film nasional bukan hanya untuk film yang diputar di bioskop-bioskop di Kota Bandung saja. Tapi juga untuk film yang diputar di tayangan-tayangan OTT (Over The Top) atau streaming.

Baca Juga: Film Indonesia Festival Film Bandung ke 36 Tahun 2023, Ini Nominasinya

Tahun ini pun, tayangan OTT masih menjadi bagian dari penilaian FFB. Karena tak bisa dipungkiri, tayangan OTT telah menjadi bagian dari media penayangan film selain di bioskop, bukan hanya berperan di masa pandemi saja. Tentu hal ini harus kami sikapi dengan apresiasi yang tinggi.

Menurut catatan kami, untuk tahun 2022-2023 (terhitung 1 September 2022 hingga 31 Agustus 2023), jumlah film yang kami amati ada 128 judul, dengan rincian 101 film bioskop, dan 27 film OTT.

Tentu ini menaik jika dibandingkan dengan produksi di masa pandemi, di mana untuk tahun 2020-2021 ‘hanya’ menghasilkan 90 judul dengan rincian bioskop 25 film dan OTT 65 film. Tahun 2021-2022 menghasilkan 121 judul  dengan rincian 72 film bioskop dan 49 film OTT.

Menariknya produksi film untuk bioskop 2 tahun belakangan ini tidak serta merta diikuti oleh kenaikan produksi film untuk tayangan OTT. Justru tayangan OTT memasuki ‘masa normal’ ini, kian menurun mengingat bioskop kembali berperan aktif dalam menayangkan film.

“Dari 128 judul film nasional tahun ini, kami telah membagi pengamatan menjadi empat periode waktu pengamatan. Setiap tiga bulan sejak September tahun lalu, diadakan diskusi, baik langsung atau dalam grup WharsApp ataupun medsos dalam rangka mengusulkan film-film yang akan diamati lebih lanjut,” ungkap Rosyid E Abby.

Baca Juga: 36 Tahun Forum Film Bandung Berkiprah Jaga Marwah Hargai Karya Sineas Anak Bangsa

Setiap periode selalu ada film yang disepakati untuk diamati lebih lanjut. Pokoknya setiap periode ada yang dipilih untuk diamati lebih lanjut. Setiap periode tersebut setidaknya ada 20 judul lebih yang kemudian kami setujui bersama. Dari 20 film inilah kami mengambil calon nominee untuk kategori yang akan diberi penghargaan terpuji.

Tahun ini, dan seperti tahun lalu juga, genre film Indonesia yang kami nilai dan amati, sangatlah beragam. Ada drama percintaan dan keluarga, ada komedi, ada laga dengan unsur-unsur kejahatan dan petualangan, dan yang paling dominan tentu saja horor yang sering mencampurkan unsur budaya lokal dengan mitos dan mistik.

Bahkan ada di antaranya film horor yang sudah berbau art-horor. Namun demikian, nilai keindonesiaan tetap mencuat di dalam masing-masing genre tersebut, terutama genre horor. Di sisi lain, semakin banyak pula yang me-remake film-film luar, dan beberapa di antaranya berhasil memindahkannya ke dalam kultur kita.

Karena keberagaman tema, sambil tetap berpijak pada keindonesiaan itulah, maka Festival Film Bandung kali ini mengangkat tema “Film Indonesia Jati Diri Bangsa”. Karena, sejatinya, film Indonesia harus memiliki identitas, cerminan, dan semangat keindonesiaan.

“Artinya, film Indonesia harus mencerminkan kultur dan sosiologi Indonesia, bukan blasteran, bukan main comot serampangan dari hal-hal yang berbau luar, supaya jati diri budaya/keindonesiaan kita tetap terjaga/terpelihara. Semoga!,” pungkas Rosyid E Abby.***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah