Masa Relaksasi, Tekstil Kabupaten Bandung Diharapkan Berangsur Bangkit

- 24 September 2021, 01:00 WIB
Pekerja tekstil tengah mengawasi produksi di sentra tekstil Majalaya Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu.
Pekerja tekstil tengah mengawasi produksi di sentra tekstil Majalaya Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu. /Portal Bandung Timur/neni mardiana/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Setelah dilanda pandemi Covid-19 selama 1,5 tahun, perusahaan tekstil maupun garmen di Kabupaten Bandung terkena imbasnya. Tidak sedikit di antara perusahaan yang menjerit karena produk tekstil tak mampu bersaing akibat sepinya pasar. 

"Banyak di antara perusahaan yang memilih melakukan efisiensi, dari mulai tenaga kerja maupun mengurangi produksi hingga jam kerja bagi para pekerjanya. Tak sedikit pula di antara pengusaha yang menghentikan operasional perusahaannya karena tak mampu menanggung beban biaya operasional yang cukup besar, karena tak sebanding dengan anggaran atau pendapatan yang masuk," kata Pemerhati Pertekstilan Majalaya Kabupaten Bandung Yus Sugianto kepada Portal Bandung Timur di Desa Tanggulun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.

Setelah hampir selama 1,5 tahun lebih pandemi Covid-19 berlangsung, imbuh Yus Sugianto, sejumlah perusahaan tekstil saat ini secara perlahan-lahan mulai bangkit. Karena pemerintah memberikan kebijakan kepada pihak pengusaha untuk mengoperasional perusahaannya, meski 50 persen dari kapasitas perusahaan tersebut.

Selain itu pemasaran barang mulai bisa keluar masuk kendaraan ke berbagai daerah, meski sebelumnya ada pembatasan keluar masuk kendaraan. Selain itu pertokoan sebagai pasar produk tekstil sempat ditutup karena bagian dari ikhtiar pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di pusat keramaian. 

Baca Juga: Sule Tiba-tiba Unggah Foto Kenangan Bersama Tukul Arwana

"Saat ini, saya perhatikan perteksilan Majalaya baru mau bangkit 75 persen, perkembangan baik itu terjadi secara perlahan-lahan," kata Yus Sugianto.

Ia berharap melihat kondisi perkembangan baik seperti itu, semua pihak bisa saling mendukung. "Minimal bisa mempertahankan kondisi kondusivitas di lingkungan perusahaan, supaya perkembangan ekonomi di sektor pertekstilan tetap berjalan seperti biasa," katanya.

Ia juga mengaku bersyukur karena kondisi pertekstilan di Majalaya tidak sampai banyak yang bangkrut, meski ada di antara perusahaan yang menghentikan sementara waktu usahanya. 

"Kalau banyak perusahaan tekstil yang tutup atau gulung tikar, ya kasihan juga kepada masyarakat pekerja karena mereka terancam menjadi pengangguran," ungkapnya.

Menurutnya, lesunya perusahaan tekstil juga akan berdampak pada perekonomian di berbagai sektor. Termasuk pasar tekstil pun terkena imbas.  "Pasar, siapa yang mau beli. Kalau peredaran uang tidak jalan," katanya. 

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah