“Saya lihat, gerakan tari Kuda Renggong itu monoton, belum ada kreasi dan inovasi baru. Dari dulu, gerakannya, seperti itu terus,” ujar guru yang sering diminta jadi juri lomba seni tersebut. ketika ditemui di rumahnya di Pamulihan.
Menurut Ade, gerakan kuda Renggong yang sekarang muncul, merupakan gerakan tari kuda warisan Sipan, juru pelihara kuda asal Cikurubuk, Buahdua. Adapun gerakan tari kuda tersebut, adalah adean, torolong, jagrag dan congklang.
Baca Juga: KAPUK Diluncurkan Dukung Program 100 Hari Kerja Bupati Cianjur Herman Suherman
Adean, jelas Ade, merupakan gerakan kuda yang seolah-olah melintang jalan atau seolah-olah sedang berahi. Torolong, gerakan lari kuda dengan cepat tapi pendek-pendek, jagrag, gerakan kuda biasa tetapi cepat dan congklang, merupakan lari kuda dengan gerakan cepat dan kaki sama-sama ke depan.
“Mencermati kuda renggong sekarang, saya sebenarnya berharap, senimannya sudah mulai berinovasi dan menciptakan kreasi tari kuda baru. Saya khawatir, karena gerakannya monoton, kuda renggong suatu waktu kurang menarik lagi untuk ditonton,” kata Ade yang pernah aktif berkesenian di Yogyakarta dan Sukabumi tersebut.
Namun Ade mengaku cukup paham mengapa seniman yang terlibat dalam seni kuda renggong enggan mengeksplorasi dan mengotak-atik tari kuda renggong. Di antaranya, karena mereka mengganggap, gerakan kuda warisan Sipan itu merupakan gerakan yang harus dilestarikan, jangan dirobah.
Satu hal lagi, ungkapnya, karena beberapa seniman atau pemilik kelompok seni kuda renggong, malas melakukan inovasi atau yang lainnya. “Mereka sepertinya cukup puas hanya dengan memiliki grup,” kata Ade.
Baca Juga: Ikatan Cinta Mulai Kurang ‘Greget’, Nino Tetap Semangat Ungkap Siapa Reyna
Yakin Tetap Digemari
Di lain fihak, Suba (51), seorang pawang kuda renggong warga Rancamulya, Sumedang Selatan, tidak menampik jika gerakan kuda renggong dari dulu hingga kini tidak banyak berubah, walau ada satu dua pelatih kuda renggong yang berhasil membuat gerakan baru.