Battle of Java Sea, Menandai Keterpurukan Seni Adiluhung Pesisir Utara Jawa Barat

- 30 Januari 2022, 12:33 WIB
Battle of the Java Sea
Battle of the Java Sea /Sumber : Alchetron/

Suasana persiapan pertempuran di kapal De Ruyter
Suasana persiapan pertempuran di kapal De Ruyter
Mirisnya menurut Toto Amsar, kondisi dimusuhinya para pelaku seni budaya tradisional di daerah tidak hanya pada masa invasi tentara Jepang ke tanah Jawa, pada masa Agresi Militer Belanda II, serta pada masa Pemberontakan PKI.

“Tapi kondisi dicurigai, dimusuhi hingga berbuntut seniman dan budayawan dijebloskan ke penjara terjadi pasca pemberontakan PKI, ratusan bahkan ribuan seniman budayawan dijembloskan ke penjara dengan tuduhan sebagai anggota Lekra pada masa Orde Lama hingga awal Orde Baru,” ujar Toto Amsar.

Padahal, sejak awal kehadiran ditanah Jawa khususnya pesisir pantai utara, para wali menjadikan seni budaya sebagai media dakwah menyebarkan agama Islam.  Pada abad 15M sekitar tahun 1470, tari Topeng, Wayang Kulit, Wayang Cepak dan lainnya dijadikan Raden Syahid atau Sunan Kalijaga dan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tontonan (hinburan) juga tuntunan (media syiar Islam) di Cirebon sebagai pusatnya sebelum menyebar ke Majalengka, Kuningan, Indramayu dan Subang.

Alam kemerdekaan pasca penjajahan terus bergulir. Mulai dari Orde Lama, ke Orde Baru, Reformasi dan kini dimana generasi banga akan sebutan generasi milenial , nasib pelaku seni budaya tidak mengalami banyak perubahan. Hingga akhir hayatnya mereka masih harus berjibaku untuk menghidupi warisan adiluhung leluhurnya. (heriyanto)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x