“Saat waktu liburan tiba, utamanya libur panjang itu adalah kesempatan untuk mencari pundi-pundi rupiah” ujar Bi ian. Ia tidak mengeluh jika dagangan manisan strawberinya sepi dari pembeli.
Sebab tidak setiap hari daerah Ciwidey ramai oleh wisatawan. Wajar saja jika dagangannya sesekali tidak ramai oleh pembeli, sebab makanan lokal ini mungkin terkalahkan oleh makanan yang lebih kekinian.
Bagaimanapun keadaannya, ia tetap bersyukur terhadap rezeki yang ada. “Ada hal yang membuat saya terus semangat yakni anak-anak saya” ujar Bi ian dengan penuh harap. Keinginannya yang besar membuat ia terus bersemangat. Hasil penjualannya sebagian ia tabungkan untuk membayar kontrakan yang harus dibayarkan setiap enam bulan sekali.
Bi ian selalu menerima dengan ikhlas terhadap kenyataan yang ada. Dagangan yang ia titipkan pada sentra oleh-oleh selalu saja ada yang terjual tiap minggunya. Setidaknya ada pemasukan dalam satu pekan. Anak-anaknya yang sudah menunggu dan kebutuhan yang terus mengalir menjadi faktor ia harus tetap gigih memproduksi manisan ini. (Alika Syafitri)***