Abah Ruslan, Memanfaatkan Kedekatan dengan Anak Muda Pasarkan Sepatu Buah Tangannya

- 17 Juni 2023, 17:04 WIB
Abah Ruslan (65) menekuni profesinya sebagai pembuat sepatu di rumahnya udut Kampung Paledang, Kelurahan Campaka Kecamatan Andir, Kota Bandung.
Abah Ruslan (65) menekuni profesinya sebagai pembuat sepatu di rumahnya udut Kampung Paledang, Kelurahan Campaka Kecamatan Andir, Kota Bandung. /Portal Bandung Timur/Indira Nurani Pertiwi/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Beginilah potret kehidupan Abah Ruslan, seorang pria paruh baya yang kini berusia 65 tahun. Ia masih gigih bersemangat membuat karya yang apik, berupa  sebuah sepatu.

Kreatifitasnya membuat sepatu tak lekang dimakan waktu hingga membuahkan sepatu-sepatu cantik. Hal itu dilakukan untuk tetap bisa menghidupi keluarganya di usia senja.

Keterbatasan ekonomi saat ia masih usia muda, mengharuskan ia terjun bekerja di sebuah pabrik sepatu. Awalnya ia tak pernah membayangkan bagaiman bisa ia bisa bekerja di pabrik sepatu padahal ia tidak mengetahui sama sekali cara membuat sepatu.

Baca Juga: Bi Ian Mengecap Manisnya Buah Strawberry Khas Ciwideuy

Namun seiring berjalannya waktu ia kini menjadi seorang pembuat sepatu yang terkenal di kampungnya. Banyak orang di kampung yang mengetahui bahwa ia adalah seorang pengrajin sepatu yang handal.

Di sudut Kampung Paledang, Kelurahan Campaka Kecamatan Andir, Kota Bandung Abah Ruslan melakukan kegiatan membuat sepatu dengan tangan tuanya. Sudah 51 tahun ia menekuni dunia kerajinan sepatu.

Berawal saat muda ia bekerja di sebuah pabrik sepatu. Namun setelah 14 tahun ia memutuskan keluar dan melanjutkan membuat sepatu di rumahnya karena kondisi fisiknya yang semakin tua.

Baca Juga: Bah Amuy, Minuman Orson dan Gerobak Kecil Sumber Kehidupannya

Kini rumah tempat dimana ia tinggal menjadi tempat ia mengembangkan kreatifitasnya untuk membuat sepatu. Tak ada ruangan khusus tempat pembuatan sepatu di rumahnya.

Dirinya memanfaatkan ruang tamu sebagai tempat kerjanya. Sepatu demi sepatu yang telah usai dibuatnya, dipamerkan di kaca rumahnya. Sepatu-sepatu itu tersusun dengan rapi dan  sangat cantik.

Hingga membuat orang-orang yang berlalu-lalang melewati rumah tersebut melihatnya dan terkesima tehadap sepatu-sepatu buatan Abah Ruslan. "Sepatu yang di pajang itu buatan Abah, dipajang di kaca rumah supaya orang-orang lihat," ujar Abah Ruslan.

Dipajangnya sepatu-sepatu tersebut sebagai ajang promosi yang dilakukan Abah Ruslan. Karena beliau tidak bisa menggunakan teknologi yang ada sekarang.

Baca Juga: Sampah dan Pa Dede, Akrab dengan Bau Busuk Sampah Demi Kenyamanan Warga

Selain bentuk promosi tersebut, ia membangun relasi dengan anak-anak muda di kampungnya. Ia tak segan untuk berbaur dengan anak-anak muda tersebut sehingga jiwanya pun masih terasa muda.

"Abah suka bergaul dengan anak muda disini. Jadi banyak yang bantu Abah untuk mempromosikan sepatu,” cerita Abah Ruslan.

Abah Ruslan mampu memanfaatkan situasi dan kondisi dengan sangat baik. Ditengah ketidakpahaman akan teknologi yang berkembang sekarang, dirinya berteman dengan anak muda yang membantunya mempromosikan sepatu cantik buatannya lewat media sosial.

Mereka mempromosikan sepatu Abah Ruslan di Facebook, Instagram, dan WhatsApp.  Kini sepatu hasil karyanya telah meluncur ke luar kota. "Ada yang membeli sepatu Abah dari Garut, Tasik, dan Sukabumi,” ujar Abah Ruslan bangga.

Hal tersebut aku Abah Ruslan merupakan hasil dari bantuan anak-anak muda  yang mempromosikan sepatu Abah Ruslan di jejaring berbagai platform media sosial. "Sepasang sepatu abah berkisar 300 hingga 500 ribu rupiah karena menyesuaikan dengan bahan yang dipakai,” ujar Abah Ruslan.

Harga yang dipasarkan Abah Ruslan menyesuaikan dengan bahan yang dipakainya. Ia memakai bahan yang premium dan berkualitas tinggi, dan kerapihan sepatu yang ia buat membuat harga sepatu semakin tinggi.

"Dulu dalam sehari bisa membuat 2 pasang sepatu tapi sekarang sudah tua jadi kadang seminggu hanya mampu mengerjakan 1 atau 2 pasang sepatu saja," ujar Abah Ruslan.

Tubuhnya yang semakin tua tidak dapat membohongi, dirinya tak sekuat dulu. Namun meski tidak dulu, Abah Ruslan memaksakan diri harus menghasilkan sepatu yang lebih sedikit dari biasanya.

Hasil dari penjualan sepatu tersebut merupakan satu-satunya sumber pengahasilan Abah Ruslan. Di usianya yang tak lagi muda ia tetap mengandalkan tangan tuanya untuk menghasilkan karya sepatu dibanding hanya berdiam diri dirumah saja.

Menurutnya usia tua bukanlah alasan untuk bermalas-malasan. Justru selama masih hidup dan mempunyai badan yang sehat harus tetap produktif dan menjalani kehidupan sebaik mungkin. (Indira Nurani Pertiwi)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah