Petik Pelajaran Hidup dari Cerita Petugas Pemulasara di Rumah Duka Dustira

- 17 Juni 2023, 17:49 WIB
Petugas pengurus jenazah atau pemulasaran di Rumah Duka Dustira membutuhkan kesabaran dibarengi keiklasan dalam mengurus jenazah.
Petugas pengurus jenazah atau pemulasaran di Rumah Duka Dustira membutuhkan kesabaran dibarengi keiklasan dalam mengurus jenazah. /Portal bandung Timur/Marsha Reviana/

“Kalau pandemi gak ada istirahat dibandingkan dengan sekarang. Dulu tidak bisa sesantai ini kadang yang meninggal pasien Covid juga sampai puluhan. Pas covid bisa istirahat cuman tanggungan kerja harus dilaksanakan dibandingkan dengan sekarang bisa nyantai. Udah mulai agak jarang lah yang meninggal karena Covid jadi lumayan tidak terlalu banyak kegiatan,” ujar Regiansyah menambahkan.

Baca Juga: Puteri Wisata Seni Indonesia Ajen Campakararang Ciptakan WaTiPlas Mendapat Apresiasi

Seiring berjalannya waktu masalah itu pun bisa kita lewati. Tangguhnya para petugas pada masa pandemi menyadarkan kita bahwa kita pun hendaknya tidak memandang sebelah mata terhadap mereka, karena pekerjaan mereka terlampau mulia jika kita masih memiliki hati nurani.

“Seharusnya ada sedikit pengertian dari masyarakat karena kan biasanya kerja kayak gini rata-rata gak semuanya sama dipandang sebelah mata lah ya, menurut saya harapan kedepannya mudah-mudahan lebih ini lagi lah lebih menghargai dalam bidang ini,” ujar Regiansyah.

Jika kita renungi pekerjaan petugas pemulasaraan bukanlah tugas yang hina, mengapa? Karena tanpa mereka mungkin banyak mayat yang terbengkalai dan membusuk di kamar jenazah akibat tidak adanya penanganan yang khusus terhadap mayat.

 Seharusnya kita pandang pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat-sangat mulia karena setidaknya menjadi remainder untuk kita bahwa dunia hanyalah sementara, dan peristirahatan terakhir kita ialah pusara yang diselimuti tanah merah.

Baca Juga: Pak Deki, Batik Pemdulum dan Filosofi Hidup

“Jadi pembelajaran buat diri pribadi kalau kerja di sini tuh, sadar diri bahwa suatu saat saya juga sebagai petugas akan diperlakukan di pulasara sama orang lain. Jadi Taqarrub Ilallah, setiap selesai melaksanakan di sini pulang ke rumah, banyak pelajaran untuk semakin meningkatkan diri untuk memperbanyak bekal,” ujar Deden diamini kedua rekannya, Asep Kurnia dan Regiansyah.

Kemudian keluarga yang ditinggalkannya yang bersedih menurut Deden,  bisa mereka redam kesedihannya. “Kami doakan, jenazah yang meninggal kami urus sesuai dengan kemampuan saya, pemulasaraan sesuai dengan sunnah syariat Islam jika muslim. Jadi nyaman dan banyak kesan-kesan yang menarik di unit kamar jenazah, yang paling penting semakin hati-hati hidup semakin mendekatkan diri, itu kepuasan batin yang muncul di sini.” ujar ketiganya.

Satu hal yang pasti dari kisah mereka ialah mengajarkan kita bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Mungkin banyak mata yang memandang pekerjaan mereka rendah, padahal jika kita telaah bahwa prestasi tertinggi bagi seseorang bukanlah ia yang mempunyai gelar yang banyak, bukanlah ia yang mempunyai piala yang berlimpah, namun prestasi tertinggi seseorang ialah ia yang bermanfaat bagi orang banyak.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah