Musim Kemarau, Abah Lili Alih Profesi Jadi Pengrajin Bata Merah

- 29 September 2023, 07:12 WIB
Abah Lili (57) jadikan musim hujan sebagai anugerah bisa bercocok tanam musim kemarau sebagai barokah  bisa membuat bata merah.
Abah Lili (57) jadikan musim hujan sebagai anugerah bisa bercocok tanam musim kemarau sebagai barokah bisa membuat bata merah. /Portal Bandung Timur/ Risma Rismawati/

Biasanya bahan sebagai pembuatan bata merah diambil dari tanah walungan (sungai) dicampur dengan pasir. Akan tetapi, karena saat ini telah dilakukan penutupan oleh pemerintah, Abah Lili harus mencari solusi lain yaitu dengan membeli tanah gunung dengan harga sekitar Rp 400.000-, yang diantar oleh truk hingga tempatnya.

Tumpukan bata merah yang siap di bakar, musim kemarau merupakan masa panen bagi pengrajin bata merah di Desa Bojongemas Solokanjeruk Kabupaten Bandung.
Tumpukan bata merah yang siap di bakar, musim kemarau merupakan masa panen bagi pengrajin bata merah di Desa Bojongemas Solokanjeruk Kabupaten Bandung.
Untuk bahan-bahan batu bata, seperti tanah lumpur dirinya tidak mampu mengambil dari Sungai Citarum, hingga harus membeli dari pengumpul. “Kalau dulu bahan batu bata, tanahnya berupa tanah liat tapi sudah mulai berkurang dan harus beli tanah gunung ke daerah Majalaya. Kini tanah lumpur Sungai Citarum harus diolah untuk menjadi tanah liat dan menjadi bahan bata merah.  

Tanah gunung yang dibeli biasanya dari daerah Majalaya. Hasil tanah dari satu truk tersebut bisa menghasilan 4000 bata merah dengan harga satuan 100 rupiah. Bila sudah terbentuk harganya menjadi 200 rupiah.

Selain bahan tanah, untuk memproduksi bata merah menurut Abah Lili, juga diperlukan kayu bakar yang harga satu truk Rp400.000, juga sekam padi untuk proses pembakaran batu bata satu kali diperkirakan 12.000 bata. “Bila sedang musim hujan pembuatan bisa sebulan sekali karena bata yang sudah dicetak bisa kering sampai semingguan, tapi kalau sedang musim kemarau seperti sekarang ini tidak berhenti, karena bata yang sudah dicetak akan cepat kering dan bisa langsung dibakar,” terang Abah Lili.

Untuk menjualnya, Abah Lili tidak merasa akan terlalu sulit karena sudah ada bandar yang mengambil ke tempatnya. “Kalau sedang musim kemarau seperti sekarang ini banyak yang sedang membangun, karenanya bata akan cepat dibeli bandar,” kata Abah Lili.

Baca Juga: Fania, Keterbatasan Bukan Hambatan Untuk Meraih Prestasi

Menurut Abah Lili pembeli batu bata biasanya kebanyakan dari daerah Rancaekek seperti Kencana, Buah dua, dan sebagainya. Batu bata abah Lili laku dipasaran sekitar tahun 1989 hingga 2001, tetapi dari tahun 2001 batu bata abah Lili mulai surut peminatnya hingga saat ini.

Hadirnya batu bata hebel juga menjadi pesaing dalam usahanya abah Lili. Karena itu, abah Lili dan keluarga tetap berupaya dalam memproduksi batu bata untuk mencukupi kebutuhan keluarga meskipun tidak seberapa.

Di sepanjang jalan sungai Lembang Kuda, Desa Bojong Emas, Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. Abah Lili menjadi salah satu pengrajin di daerah tersebut, memang belum banyak pengrajin batu bata lainnya. Batu bata abah Lili memiliki daya tahan yang cukup kuat daripada batu bata lainnya. Misalnya ketika di tancapkan paku pada batu bata hasil racikan Abah Lili tidak akan mudah rusak begitu saja, daripada batu bata berjenis lain yang mudah hancur ketika ditancapkan paku kemudian dicabut seperti pasir. Kelebihan dari batu bata abah Lili juga membuat bangunan menjadi lebih kokoh dari jenis batu bata lainnya.

Pekerja bata merah Abah Lili sendiri memang tidak begitu banyak, hanya melibatkan keluarganya seperti istri, anak, saudara atau tetangga terdekat. Terjalinnya sebuah pekerjaan yang melibatkan keluarga bahkan hingga tetangga.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah