Dari hasil karya ciptanya berupa batu bata membuat abah Lili terus giat dalam mencari nafkah meskipun usianya pun ikut bertambah. Terlihat dari senyumnya yang tulus, kerja yang giat, tangan yang menua, kaki yang mulai rapuh dan sebagainya.
Bata merah Abah Lili memang belum memasuki matrial-matrial yang ada sebagai toko kebutuhan bangunan. Karena, mengingat bahwa abah Lili membutuhkan modal yang cukup besar, sedangkan beliau hanya memiliki uang yang pas-pasan. Perhatian pemerintah pun belum begitu besar terhadap pengrajin seperti batu bata sebagai pelaku bisnis kecil. Bahkan batu bata abah Lili tak lekang oleh waktu yang selalu dibutuhkan untuk kontruksi bangunan.
Dalam harapannya Abah Lili, pemerintah lebih memperhatikan terhadap pelaku usaha kecil seperti batu bata miliknya. Ia berharap pemerintah memberikan permodalan untuk usahnya semakin maju dan berkembang kedepannya. Sehingga, abah Lili dapat memproduksi dan meningkatkan kualitas batu bata miliknya serta mempekerjakan lebih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan. (Risma Rismawati)***