PORTAL BANDUNG TIMUR - Kantor Hak Asasi Manusia PBB dalam laporan yang di terbitkan Selasa 28 Juni 2022 menyebutkan selama 10 tahun konflik di Suriah telah menewaskan 300 ribu warga sipil. Angka yang dikeluarkan tidak termasuk tentara dan pemberontak yang diyakini jumlahnya mencapai puluhan ribu.
Konflik dimulai dengan protes anti pemerintah yang pecah pada Maret 2011.Di berbagai belahan bagian negara Suriah, menuntut reformasi demokrasi.
Namun, dengan cepat berubah menjadi perang saudara besar-besaran yang menewaskan ratusan ribu dan menghancurkan sebagian besar negara.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB (UN Human Rights) berdasarkan data analisis statistik ada 306.887 warga sipil diperkirakan tewas di Suriah. Data berdasarkan peristiwa antara 1 Maret 2011 hingga 31 Maret 2021.
Angka-angka yang dikeluarkan oleh PBB tidak termasuk tentara dan pemberontak yang tewas dalam konflik. Jumlahnya diyakini mencapai puluhan ribu, termasuk orang yang dibunuh dan dikuburkan oleh keluarga mereka tanpa melaporkan ke pihak berwenang.
“Ini adalah orang-orang yang terbunuh sebagai akibat langsung dari operasi perang. Ini tidak termasuk lebih banyak lagi warga sipil yang meninggal karena hilangnya akses ke perawatan kesehatan, makanan, air bersih dan hak asasi manusia lainnya,” jelas Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet.
Sementara Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, menerbitkan laporan pada 1 Juni 2022 lalu korban tewas menjadi 494.438 orang. Observatorium merevisi jumlah korban naik 105.000 sebelumnya dari Maret 2021,berdasarkan dokumen dan sumber di lapangan.
Lebih dari satu dari 13 korban dalam hitungan OHCHR adalah seorang wanita. Jumlah wanita yang meninggal mencapai 27.727 orang. Selain itu, satu dari setiap 13 adalah anak-anak. Jumlah anak-anak yang tewas juga mencapai 27.126.