Perubahan Iklim Global dan Kerusakan Lingkungan, Jadi Biang Penyebab Bencana di Tanah Air

- 25 April 2021, 00:36 WIB
Warga tengah membersihkan rumahnya yang terkena sapuan angin puting beliung di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu. Bencana  hidrometeorologi dalam 5 tahun terakhir akibat perubahan iklim global dan kerusakan lingkungan.
Warga tengah membersihkan rumahnya yang terkena sapuan angin puting beliung di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung beberapa waktu lalu. Bencana hidrometeorologi dalam 5 tahun terakhir akibat perubahan iklim global dan kerusakan lingkungan. /Portal Bandung Timur/hp.siswanti

Kendala lainnya, menurut Dwikorita Karnawati adalah data monitoring gunung api laut/pada pulau kecil yang belum terintegrasi secara optimal ke dalam Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami di BMKG. Pemantauan data tersebut dilakukan oleh lembaga yang terpisah, yaitu oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di bawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Terpisahnya lembaga ini, menurut Dwikorita Karnawati, berdampak fatal saat kejadian Tsunami Non Tektonik di Selat Sunda yang diakibatkan oleh erupsi gunung api yg memicu lingsor laut yang tidak dapat terpantau oleh BMKG. Sebagai lembaga penyedia peringatan dini, BMKG dapat merujuk pada contoh baik dari Japan Meteorological Agency (JMA) yang melakukan monitoring gempabumi, gunung api, dan cuaca di dalam satu lembaga.

Baca Juga: Tidak Mau Jalani Swab, 320 Kendaraan Diputarbalik di Exit Tol Cileunyi

"Kekhawatiran kami, tsunami akibat erupsi gunung api, sedangkan sistem peringatan dini tidak ada link dengan gunung api karena berada di bawah ESDM. Jadi kami tidak punya data sama sekali. Kurang lebih masih ada delapan gunung api yang berpotensi tsunami yang datanya sama sekali tidak dimiliki BMKG,” ujar Dwikorita Karnawati.

Selain itu, Dwikorita Karnawati mengatakan adanya gap dalam rantai peringatan dini di bagian hilir untuk masyarakat. Informasi Peringatan Dini yang sampai ke daerah melalui BPBD/Tim Siaga Bencana, ternyata tidak selalu diikuti respon yang memadai.

"Dalam hal ini perlu disiapkan rencana kontigensi dan SOP yang jelas oleh pemerintah daerah dengan dukungan Kementerian Dalam Negeri dan BNPB yang merupakan focal point yang mengkoordinasikan penanggulangan bencana serta komponen kultur dalam Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami, sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku,"pungkas Dwikorita Karnawati. (heriyanto)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah