Dwikorita, Video di TikTok di Penggal Tidak Benar Jakarta Bakal di Terjang Gempa Bumi Megathrust

- 18 Maret 2024, 08:33 WIB
Peta gempa bumi yang melanda kepulauan Jawa lebih banyak di wilayah selatan di banding utara. Informasi gempa bumi megatrust landa Jakarta tidak benar.
Peta gempa bumi yang melanda kepulauan Jawa lebih banyak di wilayah selatan di banding utara. Informasi gempa bumi megatrust landa Jakarta tidak benar. /Tangkapanlayar @itb.ac.id/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati membantah narasi dalam video viral pada platform TikTok yang menyebutkan bahwa Jakarta mengalami kelumpuhan akibat gempa megathrust. Pernyataan Dwikorita Karnawati di rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI pada hari Kamis tgl 14 Maret 2024 di Senayan Jakarta tekah di penggal sehingga dimaknai berbeda.

"Itu adalah rekaman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI pada hari Kamis tgl 14 Maret 2024 di Senayan Jakarta. Saya tengah memberi penjelasan kepada anggota dewan mengenai alasan perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System – InaTEWS di Bali," terang Dwikorita Karnawati dalam keterangan resmi tertulis yang dikeluarkan Bidang Hubungan Masyarakat Biro Hukum dan Organisasi.

Disampaikan Dwikorita Karnawati,  video tersebut dipenggal oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Sehingga dapat dimaknai berbeda, sehingga dapat membuat masyarakat menjadi resah.

Baca Juga: Pangandaran 2 Kali di Guncang Gempa Bumi Tektonik Magnitudo 4.0 dan 4.2

Menurut Dwikorita Karnawati, dalam penjelasan saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI dijelaskan, lumpuh yang dimaksudkan dirinya adalah terputusnya jaringan komunikasi yang disebabkan rusaknya berbagai infrastruktur komunikasi seperti Base Transceiver Station (BTS) akibat gempa megathrust.

“Hal inilah yang coba diantisipasi BMKG dengan membangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS sebagai fungsi back up atau cadangan di Bali, meskipun di Jakarta sudah ada.” Kata Dwikorita Karnawati.

Keberadaan gedung InaTEWS di Balimenurut Dwikorita Karnawati,  sebagai bagian dari mitigasi dan manajemen risiko dalam kondisi darurat apabila sewaktu-waktu operasional InaTEWS di Kemayoran Jakarta mengalami kelumpuhan. Hal ini didasarkan pada skenario terburuk yaitu jika gempa terjadi di lepas pantai Samudra Hindia pada jarak kurang lebih dari 250 kilometer dari tepi pantai.

Baca Juga: 2 Kali Bayah banten di Guncang Gempa Bumi Tektonik, Terasa hingga Bandung Raya dan DKI Jakarta

Dalam skenario terburuk tersebut, lanjut Dwikorita, gempa megathrust berkekuatan M 8.7 diperkirakan dampaknya mampu melumpuhkan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta, karena terputusnya (lumpuhnya) jaringan komunikasi, ataupun robohnya Gedung Operasional lama yang tidak disiapkan tahan gempa dan likuefaksi.

"Maka sebagai upaya Manajemen Risiko demi keberlanjutan operasional sistem Peringatan Dini, Gedung Operasional InaTEWS yang lama perlu dibangun kembali dengan standar bangunan tahan gempa dan tahan likuifaksi. Bangunan yang saat ini ditempati merupakan bekas Gedung Bandara Kemayoran yang dibangun di tahun 1980 an," ujarnya.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x