PORTAL BANDUNG TIMUR - Kebutuhan dokter di Indonesia masih di bawah standar WHO 1 bandung 1.000 penduduk. Jumlah dokter minimal sesuai standar WHO untuk melayani 270 juta masyarakat Indonesia membutuhkan 270 orang dokter.
“Saat ini jumlah dokter yang dibutuhkan di Indonesia sekitar 270 ribu. Sementara saat ini baru ada sebanyak 140 ribu, artinya masih ada kekurangan dokter sebanyak 130 ribu,” ujar Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, sebagaimana dikutip dari situs resmi kemenkes.
Hal tersebut disampaikan Menkes Budi Gunadi Sadikin usai penandatanganan Surat Keputusan Bersama tentang Peningkatan Kuota Penerimaan Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran, Program Dokter Spesialis, dan Penambahan Program Studi Dokter Spesialis melalui Sistem Kesehatan Akademik antara Kemenkes dan kemendikbudristek di Jakarta.
Baca Juga: Pulang, Jemaah Haji Akan Mendapatkan Salinan Al Quran
Dikatakan Menkes Budi Gunadi Sadikin, kondisi jumlah lulusan dokter di Indonesia per tahun hanya 12 ribu. Setidaknya butuh 10 tahun bahkan lebih untuk mengejar ketertinggalan jumlah dokter minimal sesuai standar WHO untuk melayani 270 juta masyarakat Indonesia.
Kebutuhan dokter di Indonesia menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin masih di bawah standar WHO 1 banding 1.000 penduduk. Untuk mengejar standar tersebut dilakukan kerja sama antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memenuhi kebutuhan dokter di Indonesia.
“Transformasi kesehatan kita bikin manusia kita sehat, di antaranya dengan pemenuhan dokter. WHO merekomendasikan pemenuhan dokter 1/1.000 populasi masyarakat Indonesia,” tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Baca Juga: Mau Ikutan Tender Penawaran Jasa Rehab Rumdin Bupati dan Wakil Bupati Bandung, Ikuti Aturan
Sementara Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan bahwa untuk akselerasi peningkatan kapasitas fakultas kedokteran, menghasilkan dokter, dan dokter spesialis untuk memperkuat layanan primer, sekunder, dan tersier diperlukan inisiatif transformasi yang lebih besar.
“Hal itu sedang kami upayakan oleh komite bersama Kemendikbudristek dan Kemenkes melalui sistem kesehatan akademik yang mengedepankan kolaborasi pendidikan,” ujar Mendikbudristek Nadiem Makarim.