Libatkan Peranserta Masyarakat, Pembenahan Lingkungan Lakukan Secara Masif

23 November 2020, 21:31 WIB
BANJIR yang melanda Jalan Astana Anyar Kec. Astana Anyar Kota Bandung beberapa waktu lalu terjadi bukan hanya karena curah hujan tinggi dan buruknya drainase, tapi juga kesadaran masyarakat yang hingga kini masih minim untuk menjaga lingkungan. /Heriyanto Retno/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Permasalahan perkotaan Kota Bandung semakin kompleks perlu penanganan secara serius dan matang. Pada siang hari jumlah warga Kota Bandung bertambah 1.2 juta jiwa menjadi beban permasalahaan Kota Bandung semakin bertambah.

"Memang sangat ironis sekali dengan tata kelola Kota Bandung bila dicermati dalam 10 tahun terakhir ini. Berbagai masalah bertubi-tubi datang dan bahkan berulang, seperti tidak ada penanganan yang serius dan tuntas," ujar Ketua Wakil Ketua V Pembinaan Wilayah Ikatan Ahli Perencanaan Jawa Barat Igun Weishaguna, Senin 23 November 2020 di Kampung Berkebun Walagri, Jalan Walagri Mulya, Kel. Pasanggrahan Kec. Ujungberung.

Diungkapkan Igun yang juga Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung, saat ini yang tengah terus menjadi perhatian, lebih banyak ke isu lingkungan, khususnya kerusakan kawasan perbukitan di Bandung utara. Sementara isu lingkungan dalam perkotaan atau pemukiman masih belum sepenuhnya dilakukan secara sporadis dan masif.

Baca Juga: Pilbup Serentak 2020 Kabupaten Bandung Disosialisasikan Secara Daring

Baca Juga: Tinggal 0,4% Warga Kabupaten Bandung Belum Lakukan Perekaman e-KTP

Baca Juga: Oli Tumpah, Belasan Pengendara Sepeda Motor Terjatuh di Jalan Mahar Martanegara

“Hal yang sangat nyata adalah masalah sampah yang menimbulkan banjir cileuncang bila terjadi hujan. Volume sampah yang mencapai 16 ribu ton perhari saat ini baru sebatas dipindahkan dari Kota Bandung ke TPA Sarimukti Cipeundeuy, belum diolah,” ujar Igun.

Demikian pula halnya dengan masalah air bersih, infrastruktur, transfortasi serta permasalahan kota lainnya yang menjadi PR besar. “Permasalahan tersebut kini semakin dirasakan masyarakat Kota Bandung di wilayah timur yang merupakan wilayah pengembangan pemukiman perkotaan,” ujar Igun.

Sementara Sutrisna, Pembina Komunitas Lingkungan dan Budaya Walagri, menyoroti ketidaksiapan Kota Bandung sebagai Kota Urban dan Metropolitan. “Permasalahan Kota Bandung dan kota besar lainnya sangatlah berbeda, karena Bandung sebagai ibu kota pemerintahan provinsi serta kota, juga sebagai pusat pendidikan, perdagangan, bahkan industri dengan jumlah penduduk mencapai 2,5 juta jiwa, tapi pada siang hari bisa mencapai 3.7 juta jiwa,” ujar Sutrisna.

Baca Juga: Puspresnas Adakan Medical Online Championship

Baca Juga: Tindakan Pepe Undang Amarah Arteta

Baca Juga: Awas Cara Ini Sering Dipergunakan Menghack Akun WA

Terhadap mobilitas warga dari luar Kota Bandung seperti Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat serta Sumedang dan Garut bahkan Cianjur, dibutuhkan infrastruktur yang baik. “Kiranya benar kalau berdasar hasil survey (Bank Pembangunan Asia ADB) kota ini masuk dalam urutan kota termacet ke 14 di Asia dan pertama di Indonesia,” ujar Sutrisna.

Pertambahan warga pada siang hari, bukan hanya berdampak pada ketersediaan infrastruktur, tapi juga pada masalah lingkungan berupa polusi, ketersediaan air baku, produksi sampah dan lainnya. Seperti masalah penanganan sampah, upaya rekayasa arus lalu lintas bukan menjadi pemecah permasalahan, tapi mengalihkan masalah.

Terhadap penanganan permasalahan perkotaan di Kota Bandung, baik Igun Weishaguna maupun Sutrisna, berharap penanganan dan program dilakukan secara matang, berkelanjutan dan tuntas. Selain itu pemerintah juga perlu menggandengan peran serta masyarakat sebagai penghuni dan pemilik kota. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler