Ini Masukan Yayasan Odesa Indonesia Selamatkan KBU

29 November 2020, 05:30 WIB
BEKERJASAMA dengan Satuan Tugas Citarum Harum Sektor 22 menandai Hari Tanam Pohon Nasional 2020, Sabtu 28 November 2020 Yayasan Odesa Indonesia menanam pohon di Kawasan Bandung Utara perbukitan Cimenyan Kabupaten Bandung. /Dok Yayasan Odesa Indonesia/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Banyaknya bencana banjir salah satu penyebabnya akibat hilangnya pohon. Kualitas udara semakin memburuk juga banyak bergantung pada jumlah pohon.

“Pohon adalah solusi bagi kehidupan. Air dan Udara lahir dari jumlah pohon. Manusia butuh air, dan air membutuhkan pohon sebagai pohon membutuhkan air,”papar Ketua Yayasan Odesa Indonesia Faiz Manshur, rilis yang diterima Portal Bandung Timur dalam rangka Hari Tanam Pohon Nasional, Sabtu 28 November 2020.

Selain itu, manusia dan satwa membutuhkan pohon untuk konsumsi sehingga ketersediaan pohon yang menghasilkan buah-buahan bisa memenuhi kebutuhan pangan. “Kalau satu pohon besar rata-rata menghasilkan 1 kg oksigen setiap hari dan manusia membutuhkan setidaknya 0,5 kg oksigen setiap hari, maka setiap manusia membutuhkan dua pohon yang besar,” jelas Faiz Manshur.

Baca Juga: Odesa Indonesia Menanam Pohon di Hari Tanam Pohon Nasional 2020

Baca Juga: Ini Janji 3 Paslon Pilkada Bandung Tangani Pandemi Covid-19

Baca Juga: Pusat Perbenihan untuk Atasi Bencana Ekologis Rumpin, Ditinjau Presiden

Di hampir semua daerah di Jawa Barat kulitas lingkungan hidupnya sangat buruk. Dari tahun ke tahun tidak pernah mengalami perbaikan secara nyata. Hal itu terlihat Indeks Kualitas Lingkungan Hidup terburuk secara nasional yang terus-menerus berada tiga besar wilayah.

Memang masalahnya adalah percepatan modernisasi dan pertumbuhan penduduk, namun kita tahu pemerintah juga punya program yang terus menyedot anggaran milik rakyat. Mengapa kinerjanya tidak pernah menghasilkan prestasi perbaikan? Ini yang patut dipersoalkan oleh Anggota DPRD.

Berikut ini beberapa masukan inovatif dari Yayasan Odesa Indonesia untuk kerja Pemerintahan: 

  1. Satu desa satu pembibitan. Dana pemerintah kabupaten maupun dana desa bisa mendorong pembibit agar saat kegiatan menanam pohon bisa mendapatkan akses terdekat dan bisa memurahkan bibit. Salahsatu alasan pemerintah minim melakukan gerakan tanam pohon karena alasan belanja. Tetapi dari tahun ke tahun tidak pernah mengusahakan pembibitan sendiri.  Dengan memiliki pembibitan sendiri, pemerintah juga bisa menyesuaikan jenis-jenis tanaman yang akan ditanam, terutama jenis tanaman buah.
  2. Selama ini pemerintah hanya menyebarkan bibit tanaman kayu sehingga banyak petani yang menolak. Kalaupun petani menerima bibit tanaman kayu, otomatis dalam waktu 3-5 tahun pasti ditebang kembali sehingga mengurangi jumlah pohon. Lain halnya jika yang diberikan adalah bibit tanaman buah. Hasil buahnya yang dipetik, bukan kayunya.
  3. Dalam gerakan penghijauan pemerintah tidak pernah menyatu dengan petani, padahal aktor lingkungan yang paling berurusan dengan pohon adalah petani. Kebijakan model top-down yang instruksional sudah bukan zamannya lagi karena petani lebih mengerti tentang kebutuhan tanaman di area pertaniannya. Banyak petani menunggu bibit buah tetapi pemerintah hanya menyediakan bibit kayu, itupun jumlahnya sangat sedikit.
  4. Pemerintah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat mesti menguasasi model pertanian agroforestry dan tidak terus menerus mendukung pertanian monokultur. Usaha perbaikan pertanian agroforestry selain menguntungkan petani dari sisi ekonomi juga akan lebih banyak memberi dampak perbaikan lingkungan. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler