Motorcross Rusak Rumput Jayagiri?

18 Oktober 2020, 22:24 WIB
SEORANG peternak sapi perah di Kampung Pasir Ipis, Ds. Jayagiri Kec. Lembang Kab. Bandung Barat terpaksa memberi pakan tambahan lebih karena lahan rumput untuk pakan di pegunungan Jayagiri Lembang rusak terlewati jalur motor dan sepeda.*** /Heriyanto Retno

PORTAL BANDUNG TIMUR.-

Aksi motorcross dan pesepeda dikeluhkan perternak sapi Desa Jayagiri Kec. Lembang Kab. Bandung Barat. Kawasan pegunungan Jayagiri di punggung Gunung Tangkuban Perahu sering dilewati crosser dan pesepeda merusak rumput liar untuk pakan sapi.

“Sudah sangat sering dilaporkan ke pihak kepolisian dan perhutani. Tapi tetap saja mereka (crosser dan pesepeda gunung) bisa lolos dan naik gunung lewat Jayagiri,” ujar Enjang (54) salah seorang peternak sapi perah di Kamp. Pasir Ipis, Ds. Jayagiri Kec. Lembang Kab. Bandung Barat.

Dikatakan Enjang dan sejumlah tetangganya sesama peternak sapi perah,  peristiwa aksi crosser dan  pesepeda  sudah hampir dua tahun terakhir ini dan saat pandemi Covid-19 semakin meningkat. Hingga warga terpaksa memasang portal ataupun memagari jalur dengan batang pohon.

Baca Juga: Bandel!!! Warga Cuek Tidak Bermasker

“Kerusakan lahan (hutan)milik perhutani yang biasanya tempat kami mencari pakan untuk sapi dan domba menjadi perlintasan motor dan sepeda saat wabah corona ini semakin meningkat. Akibatnya bukan hanya jalannya yang rusak, tetapi juga rumput dan tumbuhan lain dan bahkan saluran air ikut tergilas terutama oleh motor,” terang Dede tetangga Enjang.

Akibat hutan tidak lagi menjanjikan pakan rumput segar, menurut Nasruloh, peternak terpaksa haru mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli pakan. Selain itu, peternak juga harus membeli  vitamin atau suplemen bagi sapi peliharaan.

Hal tersebut dibenarkan Jaka, peternak lainnya yang mengungkapkan akibat menurunnya ketersediaan pakan rumput di hutan sekitar pegunungan Tangkuban Perahu, peternak memilih tidak terlalu banyak memelihara sapi. “Biasanya peternak minimal memelihara 6 sampai 10 ekor sapi, kini tidak lebih dari 5 ekor saja karena sulit mendapatkan pakan,” ujar Jaka.

Baca Juga: Banjir Bandang, Citepus Meluap

Karena kesulitan mendapatkan pakan dan selama COVID 19 peternak kesulitan mendapatkan vitamin maupun obat-obatan untuk hewan peliharaan, peternak terpaksa menjual atau memilih membibitkan ketimbang menghasilkan susu. “Untuk harga sapi anakan betina umur 4 sampai 6 bulan sekarang ini Rp 4 sampai 6 juta, sedangkan jantan Rp 5,5 sampai 7 juta, biasanya diatas itu,” ujar Jaka.

Sementara untuk produksi susu sepanjang pandemi virus corona dan akibat mulai sulit mendapatkan pakan menurut Jaka dan sejumlah peternak sapi perah, terjadi penurunan. Bila dalam kondisi pakan berlimpah produksi susu setiap hari bisa mencapai 20 hingga 30 liter per ekor, dan saat ini hanya berkisar 15 hingga 20 liter susu per ekor.

Sedangkan untuk harga susu yang disetor ke koperasi diterima dengan harga Rp 5.500 perliter. “Karenanya kami masyarakat di wilayah pemangku hutan Tangkuban Perahu sangat berharap pada pemerintah untuk bersikap tegas pada penggiat motor dan sepeda yang cenderung merusak lingkungan dan merugikan masyarakat peternak sapi perah, ketimbang memberi manfaat,” ujar Jaka diamini peternak lainnya. (heriyanto)***

Baca Juga: Hak Cipta Karya Foto

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler