RW 11 Dago Kecamatan Coblong Bandung, Ketat Terapkan Isolasi Mandiri

- 25 Februari 2021, 08:00 WIB
Salah seorang Relawan Kader RW dan PKK, Lia Nur Jauharatul Mardiyah, mengantarkan makanan dan keperluan sehari-hari warga yang tengah menjalankan isolasi mandiri di RW 11 Kelurahan Dago Lecamatan Coblong Kota Bandung.   
Salah seorang Relawan Kader RW dan PKK, Lia Nur Jauharatul Mardiyah, mengantarkan makanan dan keperluan sehari-hari warga yang tengah menjalankan isolasi mandiri di RW 11 Kelurahan Dago Lecamatan Coblong Kota Bandung.   /Portal Bandung Timur/hp.siswanti/

 

PORTAL BANDUNG TIMUR - Wilayah Kecamatan Coblong per Kamis 25 Februari 2021 pukul 00.30 WIB  data Pusat Informasi Covid-19 Kota Bandung masih merupakan wilayah tertinggi kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Bandung. Tercatat sebanyak 78 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, padahal sehari sebelumnya sebanyak 70 kasus, jadi ada penambahan 8 kasus.

Sementara untuk wilayah kelurahan, di Kelurahan Dago dengan 44 kasus terkonfirmasi, ada penambahan kasus harian sebanyak 4 kasus dari hari sebelumnya, Rabu 24 Februari 2021. “Karena terpantau terus ada kenaikan kasus yang fluktuatif jadi kita sudah melakukan penanganan dan saat diberlakukan PPKM Mikro langsung Kelurahan Dago mengajukan,” ujar Lurah Dago Nurliati Affandi.

Dikatakan Nurliati Affandi, diwilayahnya ada 13 RW (rukun warga) dengan 105 RT (rukun tetangga). Namun sebagai langkah awal pihaknya sudah melakukan PPKM Mikro atau PSBB Proposional terhadap 3 RW.

Baca Juga: Limbah Medis di Kota Cimahi Meningkat Signifikan, Limbah Medis Masyarakat Sulit Dikontrol

“Ada 13 RW, 105 RT, kita akan ajukan dulu 3 RW secepatnya. Ada 1 RW, yaitu di RW 11 paling tinggi 12 hingga 13 orang. Mobilisasi penduduknya cukup tinggi, sehingga didominasi cluster keluarga,” terang Nurlianti Affandi.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan PPKM Mikro pengurus warga melakukan pembatasan pergerakan warga dengan membangun posko di pintu masuk gang pemukiman warga. Bahkan di gang menuju rumah warga yang melakukan isolasi mandiri (isoman) akses jalan dilakukan buka tutup hanya pengurus warga dan relawan yang mengurus warga yang diperkenankan masuk.

Disampaikan Ketua RW 11, Muhammad Affandi, penerapan PPKM sudah dilakukan sejak 10 Februari saat terjadi lonjakan kasus diwilayahnya. "Jadi tanggal 10 itu Posko sudah ada karena terjadi lonjakan kasus, paling banyak pada tanggal 12 Februari dan ada kluster keluarga,” terangan Affandi.

Untuk menangani kasus warga yang terkonfirmasi positif makan pengurus warga dibantu warga membantu dengan mengirimkan makanan, vitamin dan keperluan warga yang tenagh melakukan isolasi mandiri. Sementara untuk keluarga korban dialihkan ke rumah singgah untuk melakukan isolasi mandiri juga, sehingga tidak berkegiatan dulu di luar rumah.

Baca Juga: Sekda Kota Bandung Ema Sumarna Berharap, Kader Lebih Gigih Sosialisasikan 5M di Kewilayahan

"Untuk kebutuhan makanan itu sumbernya dari keluarga, pengurus, dan warga. Proses awalnya kita bentuk semacam dapur umum mini khusus untuk menangani yang positif itu. Sedangkan yang menyalurkan tetap tidak sembarangan, dari Kader kita yang sudah paham penyalurannya," terang Affandi.

Untuk warga luar, pihaknya menghimbau untuk tidak masuk ke wilayah isolasi. Kalaupun terpaksa mereka harus benar-benar dalam kondisi sehat dan menggunakan APD

"Diharapkan tamu luar yang utamanya tidak terkontaminasi dengan adanya virus di sini, atau mereka tidak membawa virus ke sini. Kalau tamu yang urgent kita persilahkan masuk tapi diperiksa terlebih dahulu, kalau ada ojek online atau paket nanti kita yang akan mengantar jangan sampai ada orang luar masuk,” ujar Affandi.

Hingga kini menurut Affandi dari 18 orang yang sebelumnya positif, saat ini ada 11 orang. Itu pun 2 orang berada di RS Advent yang kabarnya sudah diperbolehkan pulang.

Baca Juga: Kejaksaan Negeri Cianjur, Bakar Ribuan Lembar Uang Rupiah dan Asing Palsu

Sementara itu, salah seorang relawan kader RW dan PKK, Lia Nur Jauharatul Mardiyah, mengungkapkan tugas mengantar berbagai kebutuhan warga terpapar Covid-19 merasa sebagai tanggungjawab. “Seperti sudah panggilan rasa tanggungjawab untuk membantu warga lain yang tengah terkena wabah penyakit yang hingga kini belum ada obatnya,” ujar Lia.

Dalam menjalankan tugas sehari-hari, Lia dilengkapi dengan perlengkapan APD. Kegiatan mengantarkan kebutuhan warga terpapar Covid-19 dilakukannya pada pagi hari, siang hari dan sore hari.

“Tidak terpaksa, hanya merasa terpanggil saja karena tidak ada warga lain yang mau untuk melayani. Semula ada warga di depan rumah yang positif, masa kita tetangga di depan rumahnya tega mau membiarkan, karenanya saya membantu dan akhirnya menjadi keterusan,” aku Lia. (hp,siswanti)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah