Bencana ekologis yang terjadi di Batavia disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah dan masyarakat dalam merawat dan menjaga lingkungan. Sehingga menyebabkan penyakit dan kematian yang tinggi di kalangan masyarakat, kematian disebabkan oleh sumber air yang sudah tercemar limbah kotoran dan perkebunan.
Nampaknya ada pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi pemerintah dan masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih dan dengan demikian kitalah yang diuntungkan dalam hal demikian. “Jelas harus ada sikap cinta terhadap lingkungan “, jelas Amir.
Sikap cinta terhadap lingkungan dapat berupa membuang sampah pada tempatnya, menjaga aliran sungai dari limbah dan pembangunan yang berorientasi kepada lingkungan. Itulah kunci sukses dalam menjaga lingkungan kota agar tetap asri dan indah. Dan pastinya sehat dan bersih.
Baca Juga: Resep Brownies Kukus Simple dengan Bahan Sederhana
Bangunan sumber mata air ini bukanlah bangunan asli, tetapi bangunan baru yang direkonstruksi oleh pemerintah pada tahun 70-an. Pada saat itu peneliti arkeologi berhasil mendapatkan pipa-pipa air yang menjadi menyalur air menuju Taman Fatahillah ini.
Namun demikian bangunan ini sangat mirip dengan bangunan asli yang dibangun pada masa VOC. Maklum contoh rekonstruksi diambil dari lukisan Tuan Johannes Rach, pelukis terkenal yang dimiliki oleh Kompeni.
Namun sayangnya sumber mata air ini tidak lagi difungsikan, padahal jika masih berfungsi pasti akan menambah data tarik bagi para wisatawan. “Yang penting pada masa kini ialah bagaimana kita bisa merawat segala warisan yang ada demi mendapatkan pengetahuan dimasa depan mengenai sejarah kolonial."
Itulah harapan Amir bagi lestarinya bangunan bangunan bersejarah di kawasan Taman Fatahillah, Jakarta. Mengingat bangunan ini sangat penting bagi perkembangan Kota Jakarta. Tidak heran jika pecinta sejarah itu berfikiran demikian. (Dian Purnomo)***