Sepanjang tahun menurut Abah Widiya, masyarakat adat Kampung Cireundeu telah banyak mendapatkan berbagai kenikmatan hidup. “Ketenangan, berlimpah rejeki, berlimpah hasil pertanian, mugia akur rukun repeh rapih jeung sasama hirup terus nanjeur,” ujar Abah Widiya.
Sementara pesan Tutup Taun dan Seren Taun menurut Abah Widiya selain harus menjaga lingkungan agar tidak tambah rusak, juga menjaga kerukunan antar sesama. “Sekarang ini orang mudah dipertentangkan satu dengan lainnya oleh kelompok yang memiliki maksud, karenanya menjaga kerukunan sangatlah penting saat ini,” pungkas Abah Widiya.
Kebiasaan yang dilakukan masyarakat adat sejak tahun 1918 berawal dari kegagalan panen padi yang berulang menjadikan sesepuh adat berinisiatif menanam singkong untuk mengatasi kelangkaan bahan pokok makanan. Kebiasaan menjadikan singkong sebagai pengganti beras menjadi kebiasaan hingga kini.
Bahkan dimasa perang melawan penjajah Belanda maupun Jepang serta masa mempertahankan kemerdekaan, keberadaan Kampung Cireundeu sebagai penghasil singkong mampu mendukung logistik makanan bagi para pejuang.
Hingga kini, dimana Kota Cimahi terus bergeser dari Kota Pusat Militer menjadi Kota Industri dengan pembangunan pabriknya. Masyarakat adat Kampung Cireundeu tetap berpegang teguh pada adat istiadat. (may nurohman)***