Pada tahun 1920, Legong Sampek Engtay begitu sangat popular di masyarakat Pulau Dewata tersebut. Bahkan saking sarat dengan ornamen tradisi khas Bali, Legong Sampek Engtay menjadi bagian dari legenda dan mitos di Bali.
Baca Juga: Kekuatan Warga Keturunan Asia Turut Menentukan Presiden Amerika Serikat 2020
Kisah roman dalam bentuk Legong Bali bercerita tentang wanita muda bernama Engtay. Untuk memenuhi keinginannya bersekolah di Kota Anciu (sekolah khusus untuk laki-laki), dirinya harus menyamar sebagai laki-laki.
Dalam alunan gamelan tabuh Bali, diceritakan pertemuan hingga rasa ketertarikan Entay pada Sampek teman satu asrama. Rasa Bali yang kental juga sangat terasa saat Engtay mengetahui dirinya sudah dijodohkan dengan Machun saudagar kaya raya, tabuh Bali mengiringi dengan sangat keras bergemuruh.
Untuk memenuhi hasrat cintanya pada Sampek, keduanya memutuskan untuk kabur. Namun hasrat tersebut tidak terwujud hingga Engtay menyesali hidupnya hingga menemui ajal dan Sampek yang tahu akan hal tersebut juga memilih untuk mengikuti Engtay kekasihnya.
Baca Juga: Pembangunan RSUD Dr Soedarso Diapresiasi Sekjen Kementerian Kesehatan
Dalam cerita, digambarkan kedua pasangan kekasih tersebut berubah menjadi sepasang kupu-kupu putih. Demikian pula halnya diakhir dramatari Legong Sampek-Engtay, tarian legong kupu-kupu menjadi penutup cerita Sampek Engtay. (heriyanto)***