Gedung Merdeka, dibangun tahun 1895 atas prakarsa para pegusaha Belanda pemilik kebun teh di sekitar Bandung dan para opsir Belanda. Gaya arsitektur Modernism dengan sentuhan Art Deco.
Gedung ini memiliki nilai sejarah dan yang cukup tinggi, pernah dipergunakan sebagai tempat berlangsungnyaa kegiatan internasional yaitu Konperensi Asia Afrika (KAA), 18-24 April 1955. Hasil penyelenggaraan KAA, adalah Dasasila Bandung dan Gerakan Non Blok yang memberikan semangat bagi negara-negara di Asia-Afrika untuk menjadi negara merdeka.
Baca Juga: Industri Perfilman Indonesia Paska Pandemi
Gedung Sate, gedung ini berada dalam suatu kawasan bangunan kuno dari masa Kolonial Hindia Belanda dan bersejarah, Gedung Sate didirikan pada tahun 1920 Peletakan batu pertama dilakukan oleh Nona Johanna Catherina Coops. Langgam arsitekturnya menyerupai bangunan Italia di zaman Renaissance, yang anggun, megah dan monumental.
Penataan bangunan simetris, elemen lengkungan yang berulang-ulang (repetisi) menciptakan ritme yang menyenangkan, indah dan unik. Bentuk bangunan ini menjadi unik bentuknya sebagai perpaduan gaya arsitektur timur dan barat.
Gaya seni bangunan yang memadukan langgam arsitektur tradisional Indonesia dengan kemahiran teknik konstruksi barat disebut Indo-Eropeesche architectuur Stijl (gaya arsitektur Indo-Eropa). Pada puncak Gedung Sate terdapat enam tusuk sate yang menyimbulkan enam juta Gulden yang dihabiskan sebagai biaya pembangunannya.
Baca Juga: Tinjauan Geo-Historis Kaulinan Tradisional Kota Bandung
Fasade (tampak depan) Gedung Sate ternyata sangat diperhitungkan. Dengan mengikuti sumbu poros utara-selatan Gedung Sate justru sengaja dibangun menghadap GunungTangkuban Perahu di sebelah utara.
Kelanggkaan arsitektur dan nilai sejarah dan budaya bangunan cukup tinggi
Gedung Sate pada masa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda berfungsi sebagai kantor Pemerintahan Hindia Belanda dan kini, dipergunakan sebagai Kantor Pusat Pemerintahan Jawa Barat. Gedung ini dapat dikatakan sebagai Landmark Kota Bandung