Peristiwa Isra Miraj, Sejauh Mana Kadar Keimanan Kita

- 1 Februari 2024, 07:04 WIB
Peristiwa Isra Miraj Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam melakukan perjalanan dari Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsha Palestina dilanjutkan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratil Muntaha menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala, harus semakin mempertebal keimanan sebagai Muslim.
Peristiwa Isra Miraj Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam melakukan perjalanan dari Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsha Palestina dilanjutkan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratil Muntaha menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala, harus semakin mempertebal keimanan sebagai Muslim. /Portal Bandung Timur/hp siswanti/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Subhanalladzi asra bi’abdihi alailam minal-masjidil-harami ilal- masjidil-aqshalladzi barakna haulahu linuriyahu min ayatina, innahu huwas-sami ul-bashir. Artinya, Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

“Kata Subhanalladzi dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di surah Al Isra ayat pertama Allah Subhanahu Wa Ta’ala  menyatakan kemahasucian-Nya. Agar manusia mengakui kesucian-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak dan meyakini sifat-sifat keagungan-Nya yang tiada tara. Ungkapan itu juga sebagai pernyataan tentang sifat kebesaran-Nya yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam, dengan perjalanan yang sangat cepat,” ulas Ustad Didi Saefulloh seorang pemuka agama di Palasari kecamata Cibiru dalam tausyiahnya tentang peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam.

Disampaikan Ustad Didi Saefulloh, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui  firman-Nya dengan kata “Subhana” dalam surah Al Isra, juga di bebera yang lain, sebagai pertanda bahwa ayat itu mengandung peristiwa luar biasa yang hanya dapat terlaksana karena iradah dan kekuasaan-Nya.

Baca Juga: Keistimewaan Isra Miraj, Perjalanan Nabi Menembus 7 Lapis Langit pada 27 Rajab

“Dalam sejumlah tafsir, kata ‘asra' dapat dipahami bahwa Isra' Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam terjadi di waktu malam hari. Karena kata ‘asra’ dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari. Penyebutan lailan, dengan bentuk isim nakirah, yang berarti ‘malam hari’, adalah untuk menggambarkan bahwa kejadian Isra' itu mengambil waktu malam yang singkat dan juga untuk menguatkan pengertian bahwa peristiwa Isra' itu memang benar-benar terjadi di malam hari. Allah Subhanahu Wa Ta’ala meng-isra'-kan hamba-Nya di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan waktu yang paling baik untuk beribadah kepada-Nya,” kata Ustad Didi Saefulloh mencukil tafsir surah Al Isra ayat ke 1.

Sementara kalimat 'abdihi’ atau hamba-Nya dalam ayat ini maksudnya ialah Nabi Muhammad Shalllahu allaihi wassalam yang telah terpilih sebagai nabi yang terakhir. Beliau telah mendapat perintah untuk melakukan perjalanan malam, sebagai penghormatan kepadanya.

Dalam ayat ini tidak diterangkan waktunya secara pasti, baik waktu keberangkatan maupun kepulangan Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam kembali ke tempat tinggalnya di Mekah. “Hanya saja yang diterangkan bahwa Isra' Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam dimulai dari Masjidilharam, yaitu masjid yang terkenal karena Kabah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjidil Aqsa yang berada di Baitul Makdis. Masjid itu disebut Masjidil Aqsa yang berarti "terjauh", karena letaknya jauh dari kota Mekah,” ujar Ustad Didi Saefulloh.

Baca Juga: Saat Isra Miraj Nabi Muhammad SAW Tidak Hanya Menerima Perintah Sholat, Ini Peristiwa yang Dialami

Selanjutnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala  menjelaskan bahwa Masjidil Aqsa dan daerah-daerah sekitarnya mendapat berkah Allah karena menjadi tempat turun wahyu kepada para nabi. Tanahnya disuburkan, sehingga menjadi daerah yang makmur.  Di samping itu, masjid tersebut termasuk di antara masjid yang menjadi tempat peribadatan para nabi dan tempat tinggal mereka.

Sesudah itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya. “Tanda-tanda itu disaksikan oleh Muhammad saw dalam perjalanannya dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman yang berharga, ketabahan hati dalam menghadapi berbagai macam cobaan, dan betapa luasnya jagat raya serta alangkah Agungnya Allah Maha Pencipta. Pengalaman-pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad sangat berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya, dan meyakini kebenaran wahyu Allah, baik yang telah diterima maupun yang akan diterimanya,” papar Ustad Didi Saefulloh.

Di akhir ayat ini, Allah swt menjelaskan bahwa Dia Maha Mendengar bisikan batin para hamba-Nya dan Maha Melihat semua perbuatan mereka. Tak ada detak jantung, ataupun gerakan tubuh dari seluruh makhluk yang ada di antara langit dan bumi ini yang lepas dari pengamatan-Nya.

Ayat ini menyebutkan terjadinya peristiwa Isra', yaitu perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa di waktu malam. Sedangkan peristiwa Mi'raj, yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surah an-Najm. “Namun tidak semua umat Muslim memiliki keyakinan akan perjalanan Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam tersebut. Dalam sejumlah sumber, oOrang pertama yang menyakini perjalanan Isra Miraj Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam adalah Ummu Hani, namun saat Rasulullah akan pergi melaksanakan sholat subuh Ummu Hani mengungkapkan kekhawatirannya akan banyak orang yang tidak percaya,” kata Ustad Didi Saefulloh.

Baca Juga: Memaknai Peristiwa Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW

Sebagaimana disampaikan Muhammad bin Umar bin Husain bin Hasan bin Ali at-Tiyami al-Bakri ath-Thabari. Dalam Kitab Mafatih Al Ghaib, bahwa Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam menyadari kejadian yang dialaminya itu di luar nalar. Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam sudah berprasangka dan cemas terlebih dahulu, jangan-jangan umatku tidak akan mempercayai semua ini.

“Tapi, bagaimana pun ini adalah kebenaran dan ini nyata. Beliau mengalami sendiri semua yang beliau rasakan pada perjalanan satu malam itu. Sebagai sebuah kebenaran, harus beliau sampaikan. Bukankah salah sifat wajib nabi adalah shiddiq atau jujur dan amanah atau dapat dipercaya? Beliau tetap harus menyampaikan kisah ini apa adanya; tidak ditambah-tambahi ataupun dikurangi,” kata Ustad Didi Saefulloh.

Dalam Kitab Mafatih Al Ghaib, Muhammad bin Umar bin Husain bin Hasan bin Ali at-Tiyami al-Bakri ath-Thabari. menyampaikan bahwa  peristiwa Isra  Miraj ini merupakan ujian bagi umat Islam saat itu. Mereka yang tulus keimanannya, semakin bertambah iman.  Sementara mereka yang imannya masih lemah, tidak sedikit yang menyatakan kufur.

Selain Abu Jahal yang tidak mempercayai, salah seorang lainnya Muth’im, bahkan mencelanya dan memprovokasi kaum Quraisy untuk tidak mempercayai lagi semua dakwah ataupun ajaran Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam.

Melihat sikap Muth’im, Sayidina Abu Bakar berkata, “Hai Muth’im! Sungguh hina ucapanmu kepada putra saudaramu sendiri. Kamu telah mempermalukan dan mendustakan keponakanmu sendiri! Sementara itu, saya bersaksi bahwa Rasulullah adalah orang yang jujur,”lantang suaraAbu Bakar.

Hingga untuk menengahi kegaduhan, kaum Quraisy meminta bukti-bukti kebenaran akan ceraita Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam. Mereka meminta Rasulullah untuk menceritakan bentuk detail Baitul Baqdis dan Rasulullah menuruti permintaan kaumnya dan menjelaskan dengan detail bentuk Baitul Maqdis seperti apa arsitekturnya, jaraknya dari gunung, dan hal-hal lainnya.

Hanya satu yang tidak bisa beliau jelaskan, berapa jumlah pintu Baitul Maqdis. Namun, atas kuasa Allah, Nabi Muhammad diperlihatkan gambar Baitul Maqdis di rumah ‘Aqil bin Abi Thalib. Rasulullah pun bisa menyebutkan jumlah pintu itu.

Setelah penjelasan Rasulullah itu, tiba-tiba Abu Bakar berkata, “Benar engkau ya Rasulullah! Engkau memang benar! Saya bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”

Atas kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam juga menjelaskan soal rombongan unta Bani Fulan yang beliau jumpai saat Isra di daerah Rukh yang sempat kehilangan untanya.

Rasulullah juga jelaskan semangkuk air milik mereka yang beliau minum. Beliau jelaskan unta-unta Bani Fulan itu unta merah yang bermuatan karung hitam dan putih. Unta terdepan berwarna kelabu dengan garis hitam. Rasulullah jelaskan pula bahwa rombongan unta itu tiba pada hari Rabu.

Orang-orang Quraisy kagum dengan apa yang baru saja Rasulullah ceritakan. Tidak ada yang meleset sedikit pun. Meski begitu, tidak kemudian mereka menyatakan beriman. Bahkan mereka yang kufur semakin kufur, tidak percaya.

“Dalam Kitab Mafatih Al Ghaib disebutkan bahwa peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam menjadi ujian keimanan bagi orang muslim. Mereka yang tulus beriman, semakin bertambah keimanannya, sementara mereka yang masih lemah iman, tidak sedikit menjadi kufur. Bahkan sampai sekarang ini, hingga masalah waktu, tanggal dan bulan Rasulullah melakukan perjalanan Isra Miraj masih diperdebatkan. Semoga kita menjadi bagian dari umat Muslim pengikut Nabu Muhammad Shalallahu allaihi wassalam yang mempercayai dan dapat mengambil hikmah dan dari peristiwa Isra Miraj serta mengamalkannya dengan sebaik-baiknya. Allahumma Aamin,” pungkas Ustad Didi saefulloh.***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x