PORTAL BANDUNG TIMUR - Ada banyak persitiwa yang terjadi selama bulan Rajab dalam sejarah Islam. Namun diantara persitiwa-peristiwa tersebut, salah satu peristiwa yang paling monumental bagi umat Islam adalah peristiwa Isra Mi’raj yang di alami Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pada 27 Rajab.
Pada malam 27 Rajab,Nabi Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem Palestina, untuk kemudian melanjutkan menuju langit ke 7 dan ke Sidratul Muntaha. Dalam peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam mendapat perintah untuk melaksanakan sholat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ada banyak makna yang dapat diteladani dari peristiwa Isra Mi’raj yang di alami Nabi Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam. “Setidaknya ada empat hal penting yang dapat dipetik dari peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam, yang melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem Palestina, untuk kemudian melanjutkan menuju langit ke 7 dan ke Sidratul Muntaha,” papar Ustad Didi Saefulloh seorang pemuka agama di Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Baca Juga: Waduh, Setiap Hari Lahan Hijau Seluas Lapang Sepak Bola di Jawa Barat Lenyap
Hikmah ataupun makna yang dapat diteladani dari peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam, adalah sifat mendengar dan taat kenabian Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam, saar mendapatkan perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan agar Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengerjakan shalat lima puluh rakaat setiap hari, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, tidak menolak dan meminta lebih sedikit. Nabi Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam,menerima perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mendengarkan serta mentaati.
Sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 285, yang artinya; ‘Rasul (Muhammad) beriman kepada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
Baca Juga: Lansia di Kota Cimahi Diingatkan, Kasus Covid-19 Dominasi Varian Omicron
Kemudian makna ataupun pelajaran yang dapat dipetik adalah mendengar dan menerima saran. Hal ini tergambar saat setelah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menerima perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mengerjakan shalat lima puluh rakaat bertemu dengan Nabi Musa Allaihi Salam. Disarankan Nabi Musa Allaihi Salam, agar Nabi Muhammad Shallallahu Allaihi Wasallam untuk meminta agar jumlah rakaat dikurangi.
Atas saran Nabi Musa Allaihi Salam, Nabi Muhammad Sallallahu Allaihi Wasallam kembali dan meminta agar perintah shalat lima puluh rakaat dikurangi. Dalam hal ini menunjukan bahwa Nabi Muhammad Sallallahu Allaihi Wasslam sangat terbuka dan mau menerima saran ataupun nasihat.