Psikologis Anak Terhadap Permainan Tradisional

- 10 Oktober 2020, 08:57 WIB
ALIRAN sungai merupakan salah satu arena bermain yang saat ini mulai langka karena kondisi lingkungan sungai sudah tercemar.*
ALIRAN sungai merupakan salah satu arena bermain yang saat ini mulai langka karena kondisi lingkungan sungai sudah tercemar.* /Heriyanto Retno

Anak diharapkan mampu bersikap sosial, mampu menggerakan anggota tubuh dengan tujuan tertentu, dan menghargai karyanya serta karya orang lain

Nilai Budaya pada Permainan

Penerapan kaulinan atau permaianan tradisional di sekolah hendaknya di jenjang PAUD nonformal usia 3-4 tahun, PAUD formal usia 5-6 tahun, kelas awal di Sekolah Dasar yaitu kelas 1-3 tahun.

Baca Juga: Mata Pengacara: Proses Pengadilan Bagian Perdata

Penerapan kaulinan di PAUD nonformal dan formal sudah biasa dilakukan karena sudah masuk dalam Rebo Nyunda atau di daerah lain Kamis Nyunda, permainan itu masuk ke dalam tema-tema pembelajaran di PAUD yang kemudian di urai ke subtema.

Kaulinan barudak di PAUD sudah mengakomodir aspek-aspek pengembangan anak, yaitu pengembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan fisik, pengembangan bahasa daerah, pengembangan kognitif, pengembangan sosial emosional, dan pengembangan seni.

Anak diajak bermaian permainan tradisional petak umpet atau ucing sumput, agar anak bisa berhitung 1-10 sebagai sumber belajar menghitung angka untuk usia 4-5 atau PAUD nonformal.  

Baca Juga: Pantai APRA Sindang Barang Cianjur

Anjang-anjangan dalam pembelajaran dikenal dengan sosiodrama atau role-playing. Encrak belajar motorik halus dan belajar berhitung.

Simar motorik halus dan konsentrasi karena anak harus menjentik biji asam dan jangan kena tanagan (gudir) serta belajar sportivitas. Beklen belajar motorik halus, konsentrasi, mengenal ruang dan bentuk geometri.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x