Pemasaran Produk Tekstil Masih Stagnan, Bahan Baku Alami Kenaikan

- 17 Januari 2021, 20:38 WIB
KONDISI industri tekstil Majalaya terus merosot akibat kondisi pasar tekstil kian tidak menentu.
KONDISI industri tekstil Majalaya terus merosot akibat kondisi pasar tekstil kian tidak menentu. /Portal Bandung TImur/Neni Mardiana/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Sejumlah perusahaan pabrik tekstil baik besar maupun kecil di kawasan Majalaya, Paseh, Ibun dan Solokanjeruk Kabupaten Bandung, hingga kini kondisinya semakin  memprihatinkan. Belum ada tanda-tanda pemasaran produk tekstil atau barang hasil tekstil menjanjikan, setelah imbas pandemi Covid-19. 

Salah seorang perwakilan pengusaha pabrik tekstil di Majalaya dan Paseh, Asgun Prawira menyebutkan, pemasaran produk tekstil yang dihasilkan para pengusaha di Majalaya, Paseh dan sekitarnya, masih stagnan dan belum menguntungkan secara ekonomi.  "Dampak pandemi Covid-19 masih sangat berat dirasakan oleh para pelaku usaha pabrik tekstil," aku Asgun Prawira kepada Portal Bandung Timur di Majalaya, Minggu 17 Januari 2021. 

Keprihatinan yang dialami para pelaku usaha pabrik, setelah pandemi virus corona berimbas pada sektor perekonomian dalam pengembangan produk tekstil.  "Yang jelas, kami tak bisa menghindar dari ancaman pandemi Covid-19 ini. Sekarang ini, kelangsungan perusahaan pabrik tekstil masih memprihatinkan," ujar Asgu Prawira.

Baca Juga: Halmahera Juga Banjir

Yang lebih memprihatinkan lagi menurut Asgun Prawira, dialami oleh para pelaku usaha pabrik tekstil, bahan baku tekstil berupa benang mengalami kenaikan harganya dalam beberapa pekan terakhir ini. "Sementara hasil produksi tekstil, dalam proses pemasarannya masih stagnan dan belum menjanjikan secara ekonomi," keluh Asgun Prawira. 

Pihak perusahaan belum bisa mengimbangi kenaikan harga bahan baku benang dengan hasil produksi untuk dipasarkan di lapangan.  "Kami belum bisa menaikkan harga dari produksi tekstil yang dihasilkan selama pandemi Covid-19, sementara harga bahan baku mengalami kenaikan. Setidaknya disaat harga bahan baku benang naik, produksi pun harus naik harganya untuk mengimbangi pasar," ujar Asgun Prawira.

Kendati demikian, imbuh Asgun Prawira, perusahaan pabrik tekstil berusaha untuk mempertahankan operasionalnya. Di tengah himpitan kenaikan harga bahan baku dan pandemi Covid-19 yang belum kunjung berakhir.

Baca Juga: Rutin, Ram Check Pesawat Terbang Dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta

Dikatakan Asgun Prawira,  jika kenaikan harga bahan baku ini terus terjadi, dipastikan para pelaku usaha tak akan bisa bertahan lama. Mengingat para pelaku usaha dihadapkan pada kerugian yang tidak sedikit. 

"Kalau kejadiannya seperti ini,  jangankan satu tahun. Dua bulan saja dipastikan industri bakal kolep," ujar Asgun Prawira.

Salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan itu, kata  Asgun Prawira,  pihak perusahaan pun melakukan efisiensi atau pengurangan tenaga kerja, juga pengurangan waktu kerja, dari enam hari menjadi tiga sampai empat hari. "Yang penting kita sudah bisa mempertahankan usaha saja sudah untung," ujar Asgun Prawira.

Baca Juga: Ini Cara Mendaftar Untuk Mendapatkan Stimulus Listrik Covid-19

Tidak sedikit di antara perusahaan yang menggunakan modal usaha dari pinjaman bank. Dari ancaman gulung tikar perusahaan berusaha untuk bertahan dengan harapan bisa mempertahankan kelangsungan ekonomi masyarakat luas.

“Perlu diingat sebagian besar masyarakat di Majalaya, mengantungkan usahanya dari buruh pabrik. Kalau pabrik berhenti operasional, akan mengancam ekonomi masyarakat banyak. Makanya kita terus berusaha untuk berdoa, supaya ekonomi kita kembali pulih dan berharap pandemi Covid-19 berakhir di Tanah Air dan dunia," pungkas Asgun Prawira. (neni mardiana)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah