Sudah Dua Pekan, Harga Daging Sapi Melonjak di Cianjur

- 22 Januari 2021, 23:30 WIB
PEDAGANG daging sapi di Pasar Cianjur saat menunggu calon pembeli. Meski pasokan daging sapi sudah berangsur normal tapi harganya masih melambung.
PEDAGANG daging sapi di Pasar Cianjur saat menunggu calon pembeli. Meski pasokan daging sapi sudah berangsur normal tapi harganya masih melambung. /Portal Bandung Timur/Dani Jatnika/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Harga daging sapi disejumlah pasar tradisional di Kabupaten Cianjur sudah dua pekan terakhir masih tinggi. Padahal pasokan daging sudah kembali norrmal mencukupi kebutuhan konsumen.

Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Cianjur, Tohari Sastara, mengungkapkan kenaikan harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Cianjur, akibat minimnya pasokan. Pasokan dari distributor dan rumah pemotongan hewan sempat mengalami penurunan.

"Tidak ada kelangkaan daging sapi di Cianjur. Namun stok di tingkat distributor dan rumah pemotongan hewan berkurang akibat sepinya pembeli. Jadi bukan karena kelangkaan daging sapi, " ujar Tohari Sastara, kepada Portal Bandung Timur saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat 22 Januari 2021.

Baca Juga: Mendesak Badan Mengurus IPAL Terpadu Industri Majalaya

Namun menurut Tohari, mulai hari ini stok daging sapi sudah mulai membaik. Tapi diakui kalo harga jual masih diangka Rp120.000 per kilogram yang semula hanya Rp110.000 per kilogram. 

"Kami menilai kenaikan tidak akan sampai melambung karena tingkat pemakaian berkurang. Diperkirakan harga akan kembali normal dalam pekan ini," katanya.   

Sementara menurut Mamat, salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Induk Pasirhayam Cianjur, mengatakan kenaikan harga daging sudah terjadi sejak dua pekan terakhir. Bahkan sejumlah padagang sempat melakukan aksi mogok berjualan karena sepi pembeli dampak dari kenaikan harga daging.

Baca Juga: Program Vaksinasi, Peran Pemerintah Daerah Menentukan

"Semula harga daging sapi normalnya Rp110 ribu per kilogram, namun naik menjadi Rp120 ribu per kilogram. Meski hanya naik Rp10 ribu, namun imbasnya penjualan langsung menurun tajam. Ini kami baru buka kembali setelah mogok selama dua hari karena takut merugi akibat sepinya pembeli," tutur Mamat.  

Mamat sangat berharap harga daging kembali normal dan pembeli kembali tinggi. Karena selama pandemi COVID-19 tingkat penjualan terus menurun, ditambah kenaikan harga yang dirasa cukup memberatkan pembeli.

"Harga normal saja pembeli masih sepi. Apalagi sekarang naik, tambah sepi saja pembeli," keluh Mamat.  

Baca Juga: Bersih Narkoba, Babakan Sari Kecamatan Kiaracondong

Sementara Didin (37) pedagang sate Madura keliling mengaku, selama pandemi COVID-19 tingkat penjualan sate terus menurun. Ditambah lagi sejak dua pekan terakhir, harga daging naik. Meski kenaikannya hanya Rp10 ribu per kilogram namun cukup memberatkan.

Untuk mensiasatinya agar jualan tetap berlangsung, Didin mengurangi porsi daging di setiap tusuk sate yang biasa berisi enam potongan daging, saat ini hanya empat potongan daging dengan harga per tusuk sate tetap Rp2000.

"Saya tidak berani menaikan harga jual karena takut pembeli pada kabur. Caranya saya siasati saja, harga jualnya tetap Rp2000 per tusuk. Namun dagingnya terpaksa dikurangi saja dari enam potong menjadikan empat potong saja dengan tidak merubah harga," pungkas Didin. (dani jatnika)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah