Johan, 76 Tahun Indonesia Merdeka Belum Mampu Hadirkan Kedamaian di Hati Petani

- 19 Agustus 2021, 06:00 WIB
Petani tengah mengolah hasil memanen.  Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menilai 76 tahun Indonesia merdeka Pemerintah belum memberikan kedamaian pada petani.
Petani tengah mengolah hasil memanen. Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menilai 76 tahun Indonesia merdeka Pemerintah belum memberikan kedamaian pada petani. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Momentum 76 tahun Indonesia merdeka mesti memperkuat rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena berkat rahmat Allah SWT maka Indonesia bisa merdeka, bersatu, berdaulat menuju keadilan dan kemakmuran sebagai negara tangguh dan maju, dimana rakyatnya selalu terlindungi, makmur, cerdas serta mendapat kedamaian dan keadilan.

“Namun demikian perlu adanya evaluasi objektif sebagai refleksi kemerdekaan terhadap kondisi saat ini. Masih banyak persoalan mendasar seperti belum hadirnya perlindungan pada sektor pangan serta belum hadirnya kesejahteraan, kecerdasan dan kedamaian jiwa bagi para petani, peternak dan nelayan di seluruh Indonesia,” papar  Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan, dalam siaran persnya pada media. 

Disampaikan Johan Rosihan,  salah satu bentuk dari belum hadirnya perlindungan sektor pangan ditunjukkan dengan skor Indeks keberlanjutan pangan Indonesia yang lebih buruk dari Zimbabwe dan Ethiopia.

Baca Juga: Haiti, Usai Dilanda Gempa yang Menewaskan Ribuan Orang, Kini Terancam Badai Grace

"Pada era pandemi ini, sektor tanaman pangan telah memainkan peran yang sangat penting karena hanya sektor pertanian yang memiliki pertumbuhan positif namun anggaran pertanian terus berkurang setiap tahun, bahkan tahun 2020 lalu dipotong mencapai Rp7 triliun," jelas Johan Rosihan.

Seharusnya menurut Johan Rosihan, pemerintah menjadikan pertanian sebagai basis ekonomi nasional karena secara kewilayahan Indonesia memiliki 86,98 persen dari total desa yang punya potensi dan penghasilan utama sektor pertanian. Namun kebijakan nasional tidak menempatkan pertanian sebagai prioritas pembangunan.

Baca Juga: Mulai Digelar, Sidang Dugaan Korupsi Pengadaan Bansos Covid-19 Aa Umbara Sutisna

Di sisi lain,jelas Johan Rosihan, Indonesia menunjukkan surplus beras nasional setiap tahun namun impor beras terus meningkat setiap tahun. "Produktivitas beras Indonesia berkisar antara  5,13-5,24 ton/ha dan berada sedikit di bawah Vietnam, namun biaya produksi beras Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sehingga petani Indonesia belum sejahtera," papar Johan Rosihan.

Disisi lain menurut Johan Rosihan, pemerintah belum berhasil meningkatkan taraf hidup petani untuk lebih sejahtera dan berbagai penyebab. Belum hadirnya kesejahteraan itu ditunjukkan dengan kenyataan harga di tingkat petani yang selalu jatuh pada saat panen, nilai tukar petani yang masih rendah, upah riil buruh tani yang cenderung melemah.

Dikatakan Johan Rosihan, adanya kemiskinan yang terpusat di pedesaan, realitas rumah tangga miskin yang bekerja di sektor Pertanian yang mencapai 46,3 persen. Adanya perkembangan penduduk miskin selalu meningkat, di perkotaan naik 1,32 persen dan di pedesaan naik 0,6 persen setiap tahun.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah