Januari hingga September 2020 Perdagangan Indonesia Mencapai US$13,5 Miliar.

- 11 November 2020, 00:18 WIB
SEJUMLAH Menteri memberikan keterangan pers dalam update Komite Penanganan Covid 19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, dengan tema ‘Penanganan COVID-19, Pemulihan Ekonomi Nasional, dan Ketahanan Pangan’.
SEJUMLAH Menteri memberikan keterangan pers dalam update Komite Penanganan Covid 19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, dengan tema ‘Penanganan COVID-19, Pemulihan Ekonomi Nasional, dan Ketahanan Pangan’. /Dok. Humas Kemendag/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Neraca perdagangan Indonesia di masa pandemi Covid-19 tetap menunjukkan kinerja yang baik. Ekspor sejumlah komoditas melejit, surplus perdagangan memiliki tren meningkat pada periode Mei hingga September.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam keterangan pers update Komite Penanganan Covid 19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, mengungkapkan secara kumulatif, neraca dagang Januari hingga September 2020 mencapai US$13,5 miliar.

“Nilai tersebut melampaui neraca perdagangan Indonesia secara keseluruhan pada 2017 dan merupakan capaian tertinggi sejak 2012. Beberapa komoditas juga tumbuh positif selama pandemi ini, antara lain barang tekstil jadi lainnya, besi dan baja, serta logam mulia atau perhiasan,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Selasa 10 November 2020.

Baca Juga: Tema Sentral Pilkada Serentak 2020 Mengangkat Masalah Riil

Baca Juga: Jawa Barat Masih Masuk Lima Besar Provinsi tertinggi Kasus Covid-19 Nasional

Dikatakan Mendag Agus Suparmanto, komoditas ekspor Indonesia lainnya yang juga tumbuh adalah alat pelindung diri (APD). Nilai ekspor APD, termasuk masker, di masa pandemi ini telah mencapai US$192,5 juta.

Pada bulan September 2020, sejumlah komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia yang mengalami kenaikan adalah besi dan baja, lemak dan minyak hewan atau nabati. Juga kendaraan dan komponennya, mesin dan perlengkapan elektrik, plastik dan barang dari plastik, serta beberapa komoditas sektor pertanian dan industri.

Peningkatan nilai ekspor besi dan baja menurut Mendag Agus Suparmanto, disebabkan meningkatnya permintaan dari Tiongkok dan Malaysia karena mulai pulihnya industri dalam negeri di kedua negara. Sementara, peningkatan ekspor produk lemak dan minyak hewan atau nabati diakibatkan naiknya harga minyak kelapa sawit di pasar internasional dan naiknya permintaan dari Tiongkok dan India.

Baca Juga: Enam Tokoh Nasional Jadi Pahlawan Nasional

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x