Mang Aman Cerita Tumpas Gerombolan DI TII saat Operasi Pagar Betis di Gunung Geber

30 Juni 2023, 00:55 WIB
Mang Aman ketika bercerita saat mengikuti Operasi Pabar Betis menumpas DI-TII di Gunung Geber Majalaya Kabupaten Bandung. /Portal Bandung Timur/Ahmad Rido Fauzi/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Tubuhnya masih terlihat segar bugar walaupun usianya sudah menginjak kepala 8. Walaupun tubuhnya kurus, namun beliau masih sanggup berjalan-jalan menyusuri kampung demi kampung, desa demi desa, menjajakan barang jualannya yaitu peralatan untuk bertani.

Mang Aman, demikian biasa disapa. Seorang saksi hidup yang membantu Tentara Nasional Indonesia memberantas Gerakan Daarul Islam Tentara Islam Indonesia atau DI TII di  Desa Loa, Majalaya, Kabupaten Bandung.

Bila diminta bercerta tentang saat menjalani Operasi Pager Betis bersama Tentara Nasional Indonesia, Mang Aman akan dengan senang hati. Ingatanya akan peristiwa yang mulai diberlakukan pemerintah pada 7 Agustus 1949, masih kuat.

Saat dikunjungi di rumahnya bercat kuning, Kampung Cilopang, Rt 04 RW 07, Desa Loa, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Mang Aman, ramah menyapa. Dikampungnya, Mang Aman salah seorang dengan umur tertua di kampungnya.

Baca Juga: Bah Lili, Usai Citarum di Keruk Tanah Bahan Bata Merah Harus Memberi Jauh dari Gunung

Mang Aman merupakan satu dari sedikit orang di kampungnya yang menjadi sukarelawan pembantu Tentara Nasional Indonesia dalam memberantas gerakan Daarul Islam-Tentara Islam Indonesia di daerah Desa Loa. Pasukan DI-TII di wilayah Desa Loa sering disebut sebagai Gerombolan.

“Waktu Mamang dipanggil sebagai relawan Operasi Pager Betis akang teh masih berumur 18 tahun. B aru 8 bulan menikah dan si ema juga baru ngandung 2 bulan, Mamang masih inget waktu operasi teh tahun 1962,” cerita Mang Aman.

Mang Aman juga menceritakan pengalaman sewaktu dirinya pertama kali menjadi relawan. “Waktu itu, Mamang diperintah sama Lurah Muhya untuk menjadi relawan pembantu Tentara Nasional, Mamang mau-mau aja waktu itu teh,” kenang Mang Aman.

Sewaktu operasi Pager Betis menurut Mang Aman, dirinya ditempatkan di saung-saung atau barak bareng tentara, satu saung satu tentara. “Waktu operasi, Mamang  ditempatkan satu saung bareng teman-teman jumlah relawan dalam satu saung ada 5 orang,” ujar Mang Aman seraya menyebut teman-teman seperjuangannya, Kang Atang, Mang Emed, Mang Iing dan Mang Rahmad, yang sudah meninggal.

Baca Juga: Curahan Isi Hati Sang  Qayyimul Masjid Penerima Beasiswa KIP 

Sewaktu Operasi Pager Betis, Mang Aman ditempatkan di saung selama satu minggu. Selama satu minggu itu, Mang Aman sehari-hari makan sama nasi liwet.

Nasi liwet dibuat Mang Aman dan temannya bukan hanya untuk di makan selama operasi, tapi nasi liwet juga sebagai pemancing Gerombolan agar mereka turun dari persembunyian di puncak Gunung Geber. “Bener saja satu persatu tentara Gerombolan turun gunung karena kelaparan, Mamang masih inget waktunya pas pagi, teman-teman akang melihat ada sesuatu yang bergerak di semak-semak mereka kira itu babi hutan. Tadinya teman-teman akang mau ngelempar batu ke semak-semak itu, tapi akang mencegah mereka karena akang tau itu bukan babi hutan tapi tentara Gerombolan yang sedang merangkak kabur menghindari Tentara Nasional Indonesia,” ujar Mang Aman.

Diceritakannya, tentara Gerombolan yang merangkak berjumlah 8 orang. Mang Aman melaporkannya  ke Tentara Nasional. ”Tentara Nasional langsung melepaskan tembakan ke arah Gerombolan itu dan Gerombolan langsung berlari-larian menghindari tembakan, 7 orang Gerombolan berhasil kabur dan satu orang lagi terkena tembakan di kakinya,” ujar Mang Aman.

Baca Juga: Apih Dedi, Ketulusan Hati Sang Juru Kunci Situs Keramat di Panenjoan

Gerombolan yang terkena tembakan menurut Mang Aman melompat ke jurang karena takut ditangkap oleh Tentara. Setelah tertembak, Tentara Nasional membiarkan begitu saja Gerombolan yang tertembak itu di jurang semalaman.

“Setelah pagi, Mamang serta  teman-teman dan Tentara Nasional mengecek kondisi Gerombolan yang tertembak. Ajaibnya Gerombolan asal Leuwidaun itu masih hidup walaupun terkena tembakan dan mengeluarkan banyak darah. Karena tidak bisa kabur lagi, Tentara Gerombolan tersebut ditangkap dan diarak sampai daerah Ibun, Paseh hingga akhirnya dijebloskan ke penjara,” kenang Mang Aman.

Usai turut melaksanak Operasi Pager Betis selama seminggu, daerah Desa Loa pun menjadi aman semenjak kejadian tersebut. “Alhamdulillah, selama menjalani Operasi Pager Betis Mamang dan teman-teman selamat tanpa ada luka sedikitpun, oleh Lurah Muhya Mamang  dan teman-teman relawan lainnya diberikan upah beras setengah liter dan gula pasir secangkir,” kenang Mang Aman.

Begitu mulianya Mang Aman, tanpa mengharap imbalan yang besar ia rela mempertaruhkan jiwa dan raga sampai meninggalkan keluarga demi mempertahakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semangat perjuangan ini yang wajib dicontoh bagi para generasi muda di Indonesia. Semoga Mang Aman senantiasa diberikan Kesehatan oleh yang Maha Kuasa. (Ahmad Rido Fauzi).***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler