Pertempuran di Jalan Lengkong Patut di Kenang

- 23 Juni 2023, 09:22 WIB
Prasati Pertempuran Lengkong di pertigaan Jalan Lengkong- Cikawao KOta Bandung untuk mengengan jasa para pahlawan yang gugur.
Prasati Pertempuran Lengkong di pertigaan Jalan Lengkong- Cikawao KOta Bandung untuk mengengan jasa para pahlawan yang gugur. /Portal Bandung Timur/Ardhika Rasya Rahma Dani/

Pasukan Inggris yang tergabung dalam aliansi sekutu memulai strategi pemisahan Kota Bandung dengan memerintahkan Gubernur Jawa Barat saat itu untuk segera mengungsikan penduduk pribumi dari Bandung Utara ke wilayah selatan sebelum 29 November 1945. Akan tetapi, pada tanggal 28 November 1945, tentara Inggris tiba-tiba mengusir paksa penduduk pribumi dari Bandung Utara dengan bantuan pasukan Gurkha, menyebabkan kemarahan yang membakar masyarakat setempat.

Pada permulaan Desember 1945, Inggris memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap wilayah selatan Bandung yang pada saat itu padat penduduk. Ketegangan pun meletus di Jalan Lengkong, dimana pertempuran meletus mulai dari persimpangan Jalan Lengkong Besar-Cikawao hingga perempatan Jalan Lengkong Besar-Ciateul-Pungkur.

Monumen senjata Karabin dan bambu runcing di pertigaan Jalan Lengkong dan Cikawao untuk mengenang pertempuran 6 Desember 1945.
Monumen senjata Karabin dan bambu runcing di pertigaan Jalan Lengkong dan Cikawao untuk mengenang pertempuran 6 Desember 1945.
Warga Bandung, bersama dengan pejuang gagah dari Batalyon II Sumarsono, dengan berani melawan dan menghadang konvoi pasukan sekutu Inggris. Dalam pertempuran yang hebat itu, korban jiwa tak terelakkan, sementara bangunan-bangunan di sekitar kawasan itu juga ikut hancur termakan ganasnya pertempuran.

Tanggal 6 Desember 1945 menjadi hari terberat perjuangan para pejuang di Lengkong. Pasukan Inggris melancarkan serangan membabi buta dari pukul enam pagi hingga matahari tenggelam. Di medan perang yang memanas, pasukan Inggris menjelma sebagai pelindung gagah yang dikelilingi oleh kendaraan perang kokoh berupa tank pantser dan sejumlah truk.

Ketika mereka tiba di persimpangan Lengkong Besar-Cikawao, takdir menghadirkan tantangan yang luar biasa. Para pejuang setempat, yang hanya bersenjatakan sederetan alat tajam seperti golok, bambu runcing, pedang, dan bahkan molotov, memenuhi udara dengan seruan teguh "Allahu Akbar." Meski dengan senjata yang sederhana, semangat para pejuang ini mampu menggoyahkan pasukan Inggris yang tangguh itu.

Untuk menjaga keamanan pasukan infanterinya, yang semakin terdesak oleh keberanian pejuang yang tak kenal takut, pasukan sekutu dengan sigap mengirimkan bantuan udara. Pesawat-pesawat pengebom B-25 dan pesawat pemburu F-51 Mustang tiba dengan keperkasaan. Mereka meluncurkan serangan dahsyat untuk menghancurkan barisan pejuang. “Menurut beberapa laporan, terdapat 84 orang tewas sebagai pejuang, 181 orang luka berat, dan 44 orang luka ringan,” ujar Mang Alex.

Setelah waktu berlalu, suatu momen yang tak terlupakan terungkap pada tahun 1995 saat monumen senjata mesin ini diresmikan oleh Wali Kota Bandung yang terhormat, Wahyu Hamidjaja. Monumen tersebut berdiri sebagai simbol keabadian untk memperingati pertempuran heroik para pahlawan melawan pasukan tentara Belanda (NICA) dan Inggris yang melahirkan luka dan penderitaan yang mendalam.(Ardhika Rasya Rahma Dani)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah