PORTAL BANDUNG TIMUR – Presiden Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) yang juga mantan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif dipastikan memenangi Pemilu Pakistan 2024. Hingga Jumat 9 Februari 2024 malam hasil penghitungan suara Shehbaz Sharif meraih 63.953 suara diikuti Afzal Azeem pesaingnya yang meraih 48.486 suara.
Komisi Pemilihan Umum Pakistan dalam keterangan persnya sebagaimana dilaporkan kantor berita ARY News melaporkan hasil Pemilu Pakistan 2024 yang digelar Kamis 8 Februari 2024 untuk sementara Shehbaz Sharif unggul. Hasil penghitungan suara, Shehbaz Sharif memperolehan 63.953 suara mengungguli Afzal Azeem yang memperoleh 48.486 suara di seluruh TPS.
Shehbaz Sharif Presiden Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) yang juga mantan Perdana Menteri memenangkan kursi Majelis Nasional dan Provinsi di Lahore. Dilaporkan ARY News pada hari Jumat, mengutip Komisi Pemilihan Umum Pakistan, Shehbaz Sharif muncul sebagai pemenang dengan 63.953 suara, sementara kandidat independen Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang didukung Afzal Azeem memperoleh 48.486 suara.
Baca Juga: Bom Bunuh Meledak di 2 Masjid Pakistan, Puluhan Orang Tewas Ratusan Lainnya Terluka
Sementara kontestan lainnya, Talha Saeed, putra teroris terlarang PBB, Muhammad Hafiz Saeed, kalah dari Latif Khosa yang didukung Tehreek-e-Insaf (PTI) dari Pakistan. Latif Khosa memperoleh 117.109 suara, sedangkan Talha Saeed hanya memperoleh 2024 suara, sedangkan Pemimpin Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) Khawaja Saad Rafique mendapat 77907 suara.
Pemungutan suara berakhir di Pakistan untuk pemilihan parlemen pada hari Kamis pukul 5 sore di tengah meningkatnya serangan militan dan tuduhan pelanggaran pemilu. Meningkatkan kekhawatiran mengenai integritas pemungutan suara dan kemungkinan pembentukan pemerintahan koalisi karena perpecahan politik yang mendalam.
Pemerintahan mendatang akan menghadapi tantangan berat, termasuk mengatasi kerusuhan internal. Juga mengatasi krisis ekonomi yang parah, dan mengatasi migrasi ilegal.
Masalah ekonomi dimana inflasi melonjak hampir 30 persen, dengan nilai rupee yang anjlok selama tiga tahun terakhir menjadi permasalahan besar pemerintahan Pakista ke depan. Defisit neraca pembayaran yang signifikan telah menyebabkan terhentinya impor, sehingga secara signifikan menghambat ekspansi industri.***