Seekor Tarsius Leucistic Langka Diketemukan Warga Tomariri Timur Sulawesi Utara

- 21 Februari 2021, 06:30 WIB
Seekor Tarsius Leucistik atau Krabuku Tangkasi yang sangat langka diketemukan Desa Lemoh Timur, Kecamatan Tomariri Timur, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.   
Seekor Tarsius Leucistik atau Krabuku Tangkasi yang sangat langka diketemukan Desa Lemoh Timur, Kecamatan Tomariri Timur, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.   /foto BKSDA Sulawesi Utara/

 

PORTAL BANDUNG TIMUR - Warga Desa Lemoh Timur, Kecamatan Tomariri Timur, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, temukan seekor Tarsius Leucistic langka. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kini terus lakukan penelitian habitat keberadaan Tarsius Leucistic.

"Atas pertimbangan keamanan, saya menyarankan untuk dikembalikan ke alam atau ke induknya. Namun karena warga tidak tahu dimana lokasi induknya, selanjutnya pihak BKSDA Sulawesi Utara berkoordinasi dengan Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki dan dibantu masyarakat setempat, secara bersama-sama mulai melakukan pemantauan di lokasi penemuan tarsius untuk menemukan induknya," ujar Kepala  Resort Taman Wisata Alam (TWA) Batuputi Cagar Alam (CA) Duo Sudara, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jenli Gawina.

Satwa Tarsius yang diketemukan warga tersebut menurut Jenli Gawina, merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor. P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018. Apalagi Tarsius yang diketemukan warga merupakan Tarsius Leucistic dengan ciri warna bulu putih dan mata hitam yang dikenal dengan sebutan Krabuku Tangkasi (Tarsius tarsier / Tarsius spectrumgurskyae) yang normalnya memiliki warna rambut cenderung coklat kemerahan dengan mata coklat.

Baca Juga: PPKM Mikro Kabupaten Bandung Hingga 8 Maret, Polresta Bandung Gelar Rapid Test Antigen Gratis

Saat ditemukan oleh seorang warga bernama Pak Into, Tarsius ini berada di atas sebuah pohon kecil dengan ketinggian 1 meter lebih dari permukaan tanah. Tarsius Leucistic tersebut tidak berusaha untuk lari, sehingga atas dasar pertimbangan keamanan dari predator, warga Desa Lemoh Timur memutuskan untuk membawanya ke kampung, untuk selanjutnya dilaporkan ke Kepala Resort Taman Wisata Alam (TWA) Batuputi Cagar Alam (CA) Duo Sudara, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara.

“Berdasarkan hasil pemantauan dilakukan dengan mencoba menempatkan Tarsius Leucistic dibeberapa lokasi yang diduga menjadi lokasi atau habitat induknya. Namun sampai hari ini, lokasi keberadaan induk tarsius belum ditemukan, pihak BKSDA Sulawesi Utara dan PPS Tasikoki masih tetap melakukan pemantauan di lokasi penemuan,” terang Jenli Gawina.

Saat ini, satwa dalam penanganan dokter hewan dari PPS Tasikoki.  Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan secara rutin oleh dokter hewan didampingi  personil BKSDA Sulawesi Utara, kondisi Tarsius Leucistic dalam keadaan sehat, gerak motorik cukup baik, kemampuan untuk menangkap mangsa yang dimasukkan ke kandang cukup baik, demikian juga dengan kemampuannya untuk meraih air yang diletakkan di dalam kandang cukup baik.  

Baca Juga: Lebih dari 62 Tahun Amerika Serikat Lakukan Blokade Ekonomi, Indonesia Dukung Perekonomian Kuba

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah