Belajarlah Dari Kasus Polio

- 26 November 2020, 06:00 WIB
KOLASE foto Penasihat dr, Jane Soepardi (kiri) dan dr. I Nyoman Kandun MPH, (kanan) pada acara Dialog Produktif bertema ‘Belajar dari Sukses PIN Polio’, diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta.
KOLASE foto Penasihat dr, Jane Soepardi (kiri) dan dr. I Nyoman Kandun MPH, (kanan) pada acara Dialog Produktif bertema ‘Belajar dari Sukses PIN Polio’, diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta. /DokTim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional/

Baca Juga: UPT Padepokan Mayang Sunda Sunyi Sepi

Sementara pembicara lainnya, dr. I Nyoman Kandun MPH, Penasihat Field Epidemiology Training Program (FETP), mengatakan, imunisasi sangat penting untuk membentuk daya tahan tubuh dalam melawan penyakit tertentu yang merupakan bagian dari upaya mencegah lebih baik daripada mengobati. Imunisasi merupakan interfensi kesehatan masyarakat yang spesifik dan efektif dari segi biaya.

Salah satu upaya imunisasi yang massif yang pernah dilakukan pemerintah adalah program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dimulai pada tahun 1995. PIN saat itu merupakan program untuk mengeradikasi virus polio.

“Pemberian vaksin oral polio pada 1995-1997 diberikan pada siapa saja, tanpa memandang seseorang itu sudah diberikan vaksin polio secara rutin atau belum. Bagi yang telah mendapat imunisasi polio rutin, maka pemberian kembali vaksin polio akan memperkebal daya tahan tubuhnya. Mereka yang belum mendapat vaksin polio, maka bisa dikatakan mendapatkan imunisasi dasar, jelas dr. I Nyoman Kandun.

Baca Juga: Terjatuh Dari Motor, Ibu dan Anak Alami Shock

Baca Juga: Satpol PP Kota Bandung dan Polsekta Suka Asih Gelar Operasi Yustisi

 Dikatakan I Nyoman Kandun, PIN saat itu bertujuan untuk mengeradikasi polio di Indonesia. Masyarakat perlu mengetahui tahap-tahap penanganan penyakit menular, yaitu mengontrol, mengeliminasi dan mengeradikasi.

 “Mengontrol adalah menekan insiden penyakit menular. Sedangkan mengeliminasi adalah menekan hingga angka yang sangat rendah, bisa sampai nol, tapi virusnya tidak hilang. Mengeradikasi artinya, di samping kita bisa menekan penularan sampai nol, virusnya juga bisa hilang. Seperti misalnya cacar yang tidak ditemukan lagi adanya virus cacar sehingga kita bisa dikatakan mengeradikasi cacar, ujar I Nyoma Kandun.

Cakupan imunisasi rutin polio yang dimulai dari 1995, menurut I Nyoman Kandun, sempat menurun akibat terdampak krisis multi dimensi pada periode 1998-2002. Pada 2002 baru pemerintah melakukan PIN kembali.

Baca Juga: Pembangunan Masjid Jami' Daarus Sakiinah Dimulai

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: covid19.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah