Gempa Pangandaran Akibat Tunjaman Lempeng Indo-Australia Ke Lempeng Eurasia

- 25 Oktober 2020, 12:29 WIB
SUASANA Pantai Barat Pangandaran  pasca gempa Sabtu 25 Oktober 2020 pukul 7.56 WIB terlihat lenggang meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memastikan gempa bumi tidak menyebabkan tsunami meski berpusat di laut Samudera Indonesia ***
SUASANA Pantai Barat Pangandaran pasca gempa Sabtu 25 Oktober 2020 pukul 7.56 WIB terlihat lenggang meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memastikan gempa bumi tidak menyebabkan tsunami meski berpusat di laut Samudera Indonesia *** /M Gelora Sapta

PORTAL BANDUNG TIMUR.-

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan gempa bumi yang terjadi pada hari Sabtu, 25 Oktober 2020, pukul 07:56:45 WIB, berpusat gempa bumi berada di Samudera Indonesia di sebelah selatan Pulau Jawa. Berada di koordinat 107,87° BT dan 8,32° LS (90 km baratdaya Pangandaran, Jawa Barat) dengan magnitudo M5,9 pada kedalaman 10 km.

Sedangkan berdasarkan informasi dari GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, pusat gempa bumi berada pada koordinat  107,95°BT dan 7,99°LS dan dengan magnitudo M5,5 dan kedalaman 65 km.

Sementara The United States Geological Survey, Amerika Serikat melaporkan bahwa pusat gempa bumi berada pada koordinat  dan 107,968°BT dan 8,009°LS dengan magnitudo M 5,0 dan kedalaman 57,1 km.

Baca Juga: Festival Air 2020 Kota Cimahi, Kolaborasi Budaya dan Lingkungan

Dalam laporannya BMKG yang dilansir Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,  pusat gempa bumi berada di Samudera Indonesia di sebelah selatan Pulau Jawa.

Berdasarkan tatanan tektonik perairan selatan Jawa dipengaruhi oleh zona tunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia, sehingga memberikan kontribusi tektonik di laut maupun di daratan Pulau Jawa.

Wilayah di sekitar pusat gempa bumi disusun oleh batuan sedimen dan batuan gunungapi berumur Tersier serta batuan gunungapi berumur Kuarter. Batuan Tersier yang terlapukan serta batuan berumur muda dan bersifat urai bersifat mengamplifikasi guncangan gempa bumi.

Baca Juga: Gempa 5.9, Wisatawan Tetap Santai Ditepi Pantai

Guncangan gempa bumi dirasakan di Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Guntur (Kec. Tarogong Kaler, Garut) dan PGA Gede (Kec. Cicuruk, Sukabumi) dengan intensitas III MMI (Modified Mercalli Intensity).

Juga di Pos PGA Galunggung (Kec. Padakembang, Tasikmalaya) dengan intensitas II MMI. Informasi dari tim Badan Geologi yang berada di Kota Bogor, guncangan dirasakan dengan intensitas II MMI. Sedangkan di stasiun pemantauan G. Salak, G. Slamet, dan G. Ijen, guncangan gempa bumi juga terekam pada namun guncangannya tidak dirasakan.

Berdasarkan BMKG, guncangan gempa bumi dirasakan di Sukabumi, Tasikmalaya, dan  Pangandaran dengan intensitas III-IV MMI, di Cilacap, Kuningan, Garut, dengan intensitas III MMI, serta di Kab. Bandung, Banyumas, Kutoarjo, Kebumen, Banjarnegara, Kulonprogo, Bantul, Gunung Kidul, Yogyakarta, dan Bandung dengan intensitas II-III MMI.

Baca Juga: Banjir Cileuncang, Drainase Mampet Hingga Sampah Disengaja

Gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut namun energinya tidak cukup kuat untuk menyebabkan deformasi di bawah laut. Hingga tanggapan ini dibuat, belum ada informasi mengenai kerusakan yang diakibatkan gempa bumi ini.

Kepala masyarakat, BMKG menghinbau masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari pemerintah daerah dan BPBD setempat. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami. Tetap waspada dengan kejadian gempa susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil. (gelora sapta)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x