PORTAL BANDUNG TIMUR - Ratusan petani di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung mengikuti pelaksanaan bimbingan teknis (Bimtek) yang diselenggarakan Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI. Pelaksanaan Bimtek dalam upaya peningkatan pendapatan petani melalui optimalisasi pola tanam padi serta jagung dan kedelai.
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Dr. Ir Priatna Sasmita MSi, dalam paparannya mengatakan pelaksanaan bimtek dengan melibatkan para petani di Desa Rancakole Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung itu dapat meningkatkan produksi pangan, terutama padi, jagung dan kedelai atau tanaman palawija lainnya. Prosesnya bisa dilaksanakan melalui sharing atau diskusi di antara berbagai pihak.
"Pemenuhan kebutuhan pangan bukan terbatas kebutuhan pemenuhan karbohidrat saja, tapi pemenuhan pangan sehat bergizi tinggi dan nutrisi pangan sehat dan bernutrisi. Ada tanaman padi bernutrisi, varietas tanaman padi baru untuk mengantisipasi gejala stunting, baik disaat hani, kelahiran bayi, juga pada saat menyusui," kata Priatna Sasmita, pada Bimtek Pertanian yang diselenggarakan di GOR Desa Rancakole Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, Senin 28 Maret 2022.
Baca Juga: Minyak Goreng Langka dan Mahal, Pabrik Kerupuk di Cianjur Berhenti Produksi Rumahkan Karyawan
Priatna Sasmita berharap kepada para petani untuk pandai memilih varietas unggul, di antaranya varietas yang tahan terhadap hama. Karena pada lahan pertanian itu dihadapkan pada persoalan hama tanaman atau penyakit, banjir dan berbagai permasalahan lainnya.
"Misalnya pada lahan pertanian itu endemik hama wereng coklat, tungro, kita harus memilih varietas padi yang tahan terhadap hama tanaman tersebut. Jangan asal tanam saja. Kedelai dan jagung juga banyak varietasnya," kata Priatna Sasmita.
Ia juga berharap kepada para petani untuk berinovasi dan memanfaatkan teknologi pertanian untuk menjawab tantangan kedepan. Para petani juga harus bisa memutus siklus hama tanaman, misalnya menanam padi kemudian palawija.
"Bertani harus dilakukan kolaborasi, kerjasama dengan kelembagaan yang ada, petani berkumpul dengan gapoktan, bermitra dengan obtaker, kerjasama dengan para pengusaha, sehingga akses bisa bersaing, dan tak dikendalikan para tengkulak. Kita harus kolaborasi. Kalau tak kolaborasi bagaimana kita bisa bersaing, untuk mendapatkan harga, pengelolaan hasil dan sarana dan prasarana," katanya.