Kemegahan Klenteng Hok Lay Kiong di Usia ke 3 Abad

14 Juni 2023, 03:42 WIB
Gerbang utama Klenteng Hok Lay Kiong, Klenteng tertua di Jalan Kenari No. 1, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi Jawa Barat. /Portal Bandung Timur/Abdullah Muhammad Saman/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Dalam suasana tenteram di awal bulan Syawal, Kota Bekasi tersenyum dalam kebesarannya yang takterelakkan. Sebagai Kota Patriot yang menjunjung tinggi perjuangan dan pengorbanan kemerdekaan, Bekasi menyimpan sebuah Klenteng tua yang memancarkan pesona magisnya.

Klenteng Hok Lay Kiong, dengan usianya yang hampir mencapai 300 tahun, menjadi saksi bisu sejarah yang menarik perhatian dari balik kegelapan waktu. Sebagai salah satu peninggalan yang terus berjuang dalam mempertahankan eksistensinya, Klenteng ini mengundang kita untuk terperangkap dalam imajinasi yang luar biasa, membayangkan kehidupan yang pernah berdenyut dalam setiap seratnya.

Klenteng Hok Lay Kiong, Klenteng tertua di Kota Bekasi yang berlokasi di Jalan Kenari No. 1, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur,  Kota Bekasi Jawa Barat menunjukkan kekokohannya yang mencolok. “Banyak warga Kota maupun Kabupaten Bekasi, khusus datang untuk beribadah, tidak menyadari bahwa Klenteng ini sudah berdiri kokoh selama hampir tiga abad,” cerita Benny Anam seorang pengurus Klenteng Hok Lay Kiong. 

Baca Juga: Dibalik Cerita Goa Jepang Majalengka, Bukti Sejarah Terabaikan

Ketika ditanya mengenai alasan di balik kekokohan bangunan ini, Benny Anam menjawab bahwa kekompakan masyarakat Tionghoa di Kota Bekasi maupun Kabupaten Bekasi dan sekitarnya adalah faktor utama yang membuat Klenteng Hok Lay Kiong, ini tetap lestari. “Kalau kita tanya nih ke masyarakat, bangunan bersejarah apa yang ada di Bekasi? Pasti jawabannya Gedung Juang yang ada di Tambun, mungkin karena keliatan masih kokoh dan terawat,” ujar Benny Anam lagi.

Dengan sejarah yang panjang, Klenteng Hok Lay Kiong teguh menjaga eksistensinya sendiri dan mencerminkan kegigihan dalam menghadapi zaman. Meskipun telah berdiri sejak berabad-abad sebelum Indonesia merdeka, pengetahuan tentang Kelenteng ini masih terbatas pada sejumlah orang saja, memberikan kesan yang menyedihkan.

Klenteng Hok Lay Kiong menampilkan kekokohan yang memukau, menunjukkan keperkasaannya yang tidak terkikis oleh usia. Namun, catatan sejarahnya terus tergerus oleh perjalanan waktu.

Baca Juga: Di Balik Dinding Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, Ada Banyak Cerita Tentang Inggit dan Sang Proklamator

Hal ini menciptakan tantangan, mengingat banyaknya versi yang berbeda mengenai sejarah Kelenteng ini. Padahal, sejarah merupakan pijakan yang fundamental bagi Kelenteng ini.

Jika tidak dijaga, apa yang membuat Kelenteng ini begitu istimewa dibandingkan dengan Kelenteng lainnya?  “Pada awalnya tempat ini sebagai tempat perkumpulan para pedagang Cina, dulu kan orang Cina suka berdagang, dan karena dulu jadinya lewat air. Jadi dari Tiongkok mereka berdagang ke Jakarta, lalu lewat Teluk Buyung dan singgah di Kali Bekasi,” cerita  Benny Anam awal mula tentang Klenteng Hok Lay Kiong.

Meskipun banyak media yang menyebutkan berdirinya Klenteng Hok Lay Kiong, karena perpindahan penduduk Tionghoa yang ada di Batavia ataupun berawal dari pemberontakan. Namun yang pasti adanya Klenteng Hok Lay Kiong menunjukkan adanya eksistensi masyarakat Tionghoa di Bekasi pada abad ke-18 Masehi yang datang ke Batavia, khususnya di wilayah Bekasi.

Baca Juga: Raffi Ahmad dan Fuji Meriahkan Live Fashion & Beauty Terbesar di Kampanye 7.7 Shopee Live Bombastis Sale

“Ya mungkin itu juga benar. Orang Cina hanya fokus di perdagangan mereka gak ikut peperangan atau apa pun itu,” ujar Benny Anam ketika ditanya mengenai perbedaan versi sejarah Klenteng Hok Lay Kiong.

Klenteng Hok Lay Kiong selain sebagai rumah peribadatan Tridharma, juga sebagai tempat bagi 22 dewa beserta altarnya. Klenteng ini memang terkesan luas, dan terdiri dari dua lantai.

Akan tetapi, bangunan saat ini merupakan hasil pemugaran dari bangunan aslinya, yang pada awalnya Klenteng Hok Lay Kiong. merupakan Klenteng kecil. “Nah ini kan dipanggilanya altar, altar ini gak gede. Tadi Kelenteng cuman tiga pintu, satu, dua, tiga pintu. Nah panjangnya cuman segini sampe sini doang. Kesononya kebon,” ujar Benny Anam.

Pemugaran Klenteng Hok Lay Kiong sebenarnya memberikan manfaat praktis yang positif. Salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat Tionghoa khususnya di Bekasi.

Altar di Klenteng Hok Lay Kiong.
Namun, perlu waktu guna menjadikan Kelenteng Hok Lay Kiong hingga seperti saat ini. “Tentunya kan gak bisa langsung sebagus ini, perlu waktu. Patung dewa juga tidak langsung sebanyak kayak sekarang, bertahap,” ujar Benny Anam.

Memang terdapat sisi positif dari pemegaran yang berfokus pada aspek praktis, namun tidak dapat diabaikan pula sisi negatifnya terutama dalam hal nilai sejarah. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa bagian orisinal dari Kelenteng ini hanya terbatas pada atap dan kerangka kayu. Sisanya merupakan hasil dari pemegaran. “Jadi gini ya, orang kita, barang purbakala itu atau barang antik langsung buang saja. Bongkar buang. Gitu sayangnya.” ujar Benny Anam. Mungkin karena hal ini, para jemaah yang ada tidak menyadari betapa berharganya Kelenteng ini dan sejarah yang terkandung di dalamnya.

Di sisi lain, pemerintah pusat telah menunjukkan kesadaran dalam mengurus benda bersejarah melalui penerbitan UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya. UU ini secara jelas menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah daerah dalam melindungi dan memelihara benda-benda bersejarah serta masyarakat yang terkait dengannya.

Meskipun Kota Bekasi sudah berusia 26 tahun dan telah memiliki 9 wali kota yang menjabat, belum terlihat pergerakan dari pemerintah daerah dalam menjaga bangunan tertua di Bekasi, yaitu Kelenteng ini. Mengapa hal ini terjadi? Padahal, banyak dampak positif yang dapat diperoleh Kelenteng ini apabila pemerintah daerah ikut serta dalam pengelolaannya.

Baca Juga: Kampung Adat Mahmud, Cikal Bakal Kampung Islam Priangan Warisan Syekh Abdul Manaf

Pihak Klenteng dan masyarakat Tionghoa di Bekasi sebenarnya sudah mengajukan permintaan kepada pemerintah Bekasi untuk berpartisipasi dalam mengurus Klenteng ini. “Memang sudah ada usulan, udah banyak yang mengusulkan” ujar Benny Anam. Saat ini, Kelenteng Hok Lay Kiong berada di bawah naungan Yayasan Pancaran Tridharma, yang bertanggung jawab atas segala macam kebutuhan Klenteng.  Renovasi kalau ada acara besar kayak Imlek sama Cap Go Meh, semuanya ditanggung Yayasan Pancaran Tridharma beserta masyarakat Tionghoa lainnya” ujar Benny Anam.

Meskipun belum ada uluran tangan dari pemerintah daerah, harapan belum pupus. Melihat Kelenteng ini tetap mandiri sejak awal hingga usianya yang tua adalah suatu pemandangan yang mengharukan. Ketika memasuki Kelenteng ini seperti memasuki dimensi waktu yang berbeda.

Di dalamnya dapat terlihat bagaimana refleksi ketika Kelenteng ini baru berdiri, menyaksikan Kelenteng ini menjadi tempat perkumpulan masyarakat Tionghoa yang penuh kedamaian, dan melihat bagaimana kontinuitas abadi dari masyarakat Tionghoa Bekasi dalam menjaga Kelenteng ini. (Abdullah Muhammad Saman)

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler