Ki Dalang Awan Kartanda Suanda Ade Kosasih, Hade Goreng Ku Basa

17 Juni 2023, 12:03 WIB
Penulis bersama Ki Dalang Awan Kartanda Suanda Ade Kosasih /Portal Bandung Timur/Teddiansyah Nata Negara/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Biasanya suasana sepi menyerlimuti sekitaran pemukiman padat penduduk pada malam hari. Banyak orang yang tak ingin di ganggu, karena malam hari adalah waktunya untuk beristirahat.

Tetapi hal berbeda akan kita dapati bila kita melintasi salah satu gang di Jalan Paledang. Tepatnya di Gang RW 15, Jalan Paledang, Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung.

Disana kawasan Gang RW 15,  akan mendengar keriuhan, seperti ada yang sedang melakukan pagelaran Wayang Golek. Suara dari pukulan gedang yang menggetarkan, juga lengkingan suara sinden seperti sudah dianggap lumrah oleh warga setempat.

Baca Juga: Ada Tradisi Nanggap Wayang saat Hajat Bumi di Mbah Buyut  Magrim

Padahal lokasi dari suara riuh pagelaran Wayang Golek tersebut sangat berdempetan dengan tetangga. Karena memang letaknya juga di gang yang sangat padat menduduk.

Lokasi untuk menuju suara keriuhan itu pula hanya bisa diakses dengan cara berjalan kaki, kalau dipaksakan hanya bisa masuk satu sepeda motor saja. Sangat tidak logis bila ada acara hajatan yang mementaskan Wayang Golek di tempat sesempit itu.

Lumrahnya pagelaran Wayang Golek dilakukan di tempat terbuka seperti alun-alun atau tempat umum lainnya, bukan malah di gang. Setelah mencari sumber suara keriuhan tersebut. Benar saja, ada sekelompok orang sedang melakukan pertunjukan Wayang Golek disana.

Baca Juga: Wayang Orang Priangan Jabang Tutuka Tutup Rangkaian ISBI Bandung Arts Festival Tahun 2022

Rumah dari Ki Dalang Awan Kartanda Suanda Ade Kosasih adalah sumber dari keriuhan itu.  Dalang berumur 50 tahunan tersebut ternyata bukan sedang melakukan pagelaran Wayang Golek, melainkan sedang melakukan latihan rutin untuk persiapan pagelaran.

Latihan dilakukan Ki Dalang Awan dengan rekan-rekannya secara rutin pada setiap malam minggu. Latihan biasanya berdurasi seperti pagelaran Wayang Golek pada umumnya, sekitar pukul 20.00 WIB hingga pukul 03.00 dinihari.

Semua peralatan lengkap dipakai. Bahkan sampai menggunakan sound sistem untuk memperkeras suara.

Sungguh mencengangkan, lalu saya bertanya-tanya bagaimana dengan masyarakat di sekitar? Apakah mereka tidak terganggu akan kebisingan itu?

Baca Juga: Sanggar Wayang Ajen Perkenalkan Wayang Golek untuk Siswa Global Prestasi Montessori

Ki Dalang Awan sudah tidak perlu menghawatirkan hal tersebut.  Karena ia sudah mengkantongi tanda tangan yang menyatakan persetujuan dan juga izin dari warga atas kebisingan di rumahnya.

Izin itu disaksikan dan turut ditandatangani oleh ketua RW. Surat izin yang dibuat itu mencakup sekitar 50 rumah di depan, belakang, juga kiri dan kanan. “Iya, kita harus mengutamakan silaturahmi yang pertama. Pendekatan kepada masyarakat juga diperlukan supaya mereka memberi izin dan mengerti apa saja kegiatan kita. Kita juga bilang ke mereka, kalau misalkan ada yang sakit atau ada keberatan bilang saja, nanti saya akan batalkan latihan” ujar Ki Dalang Awan.

“Bahkan sekarang, tetangga saya pada bertanya-tanya kalau misal lagi gak ada latihan. Mereka seperti ingin mendengar kami berlatih, mereka juga kadang-kadang ikut nonton” sambungnya.

Tak hanya meminta izin dari warga setempat, Ki Dalang Awan juga meminta izin kepada Kepolisian Sektor Bandung Timur. “Walau sudah ada izin dari masyarakat juga RW, saya juga punya inisiatif buat bikin izin ke kepolisian. Supaya kita tertib administrasi juga makin tenang aja latihannya” ujar Dalang Awan tentang izin ke Kepolisan Sektor Bandung Timur.

Dari Dalang Awan sekarang kita dapat belajar bagaimana cara hidup bertentangga agar tidak saling mengganggu. Seperti kata pribahasa Sunda hade goreng ku basa, yang diutamakan adalah silaturahmi dan saling berkomunikasi agar tidak ada kesalahpahaman bila kita hidup bertetangga. (Teddiansyah Nata Negara).

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler