Kampanye  #SaveBatikIndonesia, Selamatkan Batik Indonesia dari Kepunahan Akibat Covid-19  

- 9 April 2021, 08:00 WIB
Pengrajin batik tengah mengerjakan batik cap di Galeri Batik Komar Jalan Cigadung Kota Bandung, sebanyak  37 ribu pengrajin dari 152 ribu orang sudah beralihprofesi akibat pandemi Covid-19.
Pengrajin batik tengah mengerjakan batik cap di Galeri Batik Komar Jalan Cigadung Kota Bandung, sebanyak 37 ribu pengrajin dari 152 ribu orang sudah beralihprofesi akibat pandemi Covid-19. /Portal Bandung Timur/hp.siswanti

 

PORTAL BANDUNG TIMUR - Sudah satu tahun berlangsung sejak pandemi Covid-19 diumumkan Maret 2020 ratusan pengusaha batik dan ribuan pengrajin batik sudah tidak menjalankan aktivitas. Sebanyak 37 ribu orang pengrajin batik dari 152 ribu orang di tanah air sudah menghentikan pekerjaannya akibat menurunnya produksi dan penjualan.

Mendapati hampir 75 persen produksi dan penjualan mengalami penurunan memaksa Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), mengkampanyekan #SaveBatikIndonesia.

"Penjualan produk batik di sentra-sentra penjualan batik di Jawa, seperti Pasar Sentono Pekalonga, Pasar Klewer Solo, Bringharjo Yogyakarta, sentra batik Trusmi Cirebon, hingga Thamrin Jakarta, terjadi penurunan," papar  Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI),  Dr. Komarudin Kudiya, dalam keterangan persnya di Galeri Batik Komar Jalan Cigadung Kota Bandung, Kamis 8 April 2021.

Baca Juga: Mudik di Larang Pemerintah, Resmi Sudah Ditetapkan

Dampak pandemi Covid-19 di Indonesia menurut Komarudin Kudiya,  benar-benar telah menyentuh kehidupan, pengusaha dan pengrajin batik di tanah air. “Data terupdate yang dihimpun APPBI, total perajin yang sebelumnya adalah 152.656 orang, kini hanya menyisakan 37.914 orang,” ujar Komarudin Kudiya.

Akibat pandemi Covid-19 menurut Komarudin, dampak yang paling berat di antaranya banyak usaha industri kecil menengah (IKM) yang tutup karena tidak mampu lagi berproduksi. "Pandemi Covid-19 telah mengurangi perajin batik disentra produk batik Indonesia sebanyak 75 persen, bahkan perajin batik Sukapura Tasikmalaya sudah lama tidak berproduksi atau hilang," terang Komarudin Kudiya.

Untuk penjualan setiap bulannya pada 2019 lalu menurut Komarudin Kudiya, berdasarkan data APPBI, setiap bulannya mencapai 1.514.006 potong batik, dengan nilai transaksi mencapai Rp3,635 triliun lebih/tahun 2019. "Namun setelah pandemi Covid-19 produksi dan penjualan batik menurun drastis, hingga akhir Maret 2021, jumlah total penjualan per bulan sebanyak 378.502 potong batik, dengan nilai transaksi mencapai Rp910,004 juta per tahun 2020," ujar Komarudin Kudiya.

Menurut Komarudin Kudiya, dampak pandemi Covid-19 dirasakan pula oleh perajin dan pengusah batik besar seperti Danarhadi maupun batik Keris yang memiliki jumlah karyawan ribuan orang.  Untuk Batik Komar, dari 300 pekerja kini tinggal 50 orang, Solo dari 200 orang kini tinggal 30 orang, Pekalongandari 500 orang tingal 50 orang. 

Baca Juga: Saat Ini Musim Panen, Stok Beras Terjamin Kualitas Pasti Bagus dan Masih Baru

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x