Kupatan, Tradisi Warisan Sunan Kalijaga yang Masih Terjaga di Glagah Kabupaten Lamongan

- 19 Mei 2021, 13:23 WIB
Tradisi Lebaran Ketupat yang diselenggarakan setiap 8 Syawal masih tetap dilaksanakan masyarakat di  Desa Meluntur Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan.
Tradisi Lebaran Ketupat yang diselenggarakan setiap 8 Syawal masih tetap dilaksanakan masyarakat di Desa Meluntur Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. /Foto : dokumen novita finda fitriana

Lebaran ketupat berasal dari kata, lebaran yang  mempunyai makna usai, yang mana menandakan bahwa berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata ‘lebar’ yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Sedangkan filosofi ketupat yaitu antara lain menncerminkan kesalahan, kesucian hati, mencerminkan kesempurnaan, dan ketika pridbadi punya salah memohon maaf.

Dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari ‘ngaku lepat’ atau ‘laku papat’. “Makna dari ngaku lepat artinya mengakui kesalahan, sedangkan laku papat bermakna empat tindakan,” tutur Slamet Syafii selaku sesepuh imam masjid Desa Mluntur Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan.

Baca Juga: Mulai Difungsikan, Ruas Jalan Simpang Susun Cileunyi Kabupaten Bandung

Tradisi Lebaran Ketupat atau yang biasa disebut oleh warga Lamongan dengan sebutan Tradisi Kupatan ini merupakan puncak acara di pekan awal di bulan Syawal, tradisi ini diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal atau seminggu setelah hari Raya Idul Fitri.

Hari Raya Ketupat (kupatan) tersebut sebagai bentuk perayaan atau kemenangan bagi mereka yang telah mampu melawan hawa nafsunya pada bulan Ramadan yang ditambah dengan 6 Syawal. Tradisi kupatan ini bearwal dari upaya para Walisongo dalam mengajrakan agama Islam kepada masyarakat tanah jawa.  

Tradisi ini  diperkenalakna oleh Sunan Kalijaga, beliau membudayakan dua kali ba’da, antara lain yaitu ba’da lebaran yang bertepatan pada tanggal 1 Syawwal Hijriah dan ba’da kupat yang berlansung satu minggu setelah lebaran Idul Fitri.

Di dalam masyarakat Jawa mereka mempercayai bahwa para Walisongo khususnya Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat. Kata ketupat atau kupat berasal dari bahasa Jawa ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan, sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapakan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.

Asimilasi yang digunakan oleh Sunan Kalijaga terhadap budaya dan keyakinan mengenai ketupat ini akhirnya mampu menggeser kesakrakalan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat mnejadi makanan yang selalu ada disaaat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Baca Juga: Di Depan Gedung Sate, Elemen Buruh se Jawa Barat dan Almubina Bandung Kutuk Israel

Kupatan sendiri merupakan selametan yang berhubungan dengan hari besar Islam. Tradisi kupatan merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih dilestarikan, khususnya oleh masyarakat di Kabupaten Lamongan.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah