Miris, Kondisi Petilasan Nyimas Tanjungsari dan Raden Rangga Bayi Dikusumah di Sukabumi

- 30 September 2023, 21:55 WIB
Minim bukti sejarah dan penelitian sejarah menjadikan situs sejarah Patilasan Nyimas Tanjungsari dan Raden Rangga Bayi Dikusumah dibiarkan tidak terurus.
Minim bukti sejarah dan penelitian sejarah menjadikan situs sejarah Patilasan Nyimas Tanjungsari dan Raden Rangga Bayi Dikusumah dibiarkan tidak terurus. /Portal Bandung Timur/Alfina Lailaturrahmah Damayanti/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Diam-diam, di tengah keramaian Kota Sukabumi, terdapat tempat bersejarah yang terbengkalai dan terlupakan oleh masyarakat sekitar. Tempat ini menjadi saksi bisu dari peristiwa penting dalam sejarah dan salah satu bagian tak terpisahkan dari identitas kota.

Namun, keadaan terbengkalainya tempat bersejarah ini telah menimbulkan keprihatinan bagi sejumlah individu dan kelompok yang prihatin akan keberlanjutan warisan budaya. Salah satu contoh tempat bersejarah yang mengalami kondisi terbengkalai adalah Petilasan Nyimas Tanjung Sari dan Raden Rangga Bayi Dikusumah di Kampung Tanjungsari Gunung Guruh Sukabumi.

Dalam riwayatnya, tempat ini pernah menjadi tempat singgah para wali dari Kesultanan Cirebon ketika hendak pergi ke Kesultanan Banten dan begitu pun sebaliknya. Namun, seiring berjalannya waktu, tempat ini ditinggalkan dan dibiarkan mengalami kerusakan.

Baca Juga: Situs Karangkamulyan, Tinggalan Masa Lalu Kerajaan Hindu Sunda

Bangunan yang tak teratur, sampah dedaunan yang berserakan dan tumbuhan liar yang menjalar menjadi pemandangan umum di sekitar tempat ini.  Namun, keberadaan petilasan ini tidak selalu menarik perhatian yang salah.

Sejumlah aktivis sejarah dan komunitas setempat telah mulai menyadari nilai historis yang terkandung dalam bangunan ini. Mereka berupaya mengumpulkan dana dan memobilisasi tenaga sukarelawan untuk membersihkan dan merestorasi tempat ini.

Mereka ingin menghidupkan kembali cerita-cerita yang telah terkubur dan membuka tempat ini bagi masyarakat, sebagai pengingat akan warisan budaya yang pernah ada.

“Kemarin sempat ada yang ingin mengangkat tempat ini menjadi tempat pariwisata sejarah oleh sebuah komunitas yang berasal dari daerah Bandung, tetapi karena keberadaannya katanya masih simpang siur apakah ini pernah menjadi petilasan atau tidak jadi mereka belum merealisasikannya,” kata Jajang (45) salah satu penjaga sekolah di sekitar tempat tersebut.

Baca Juga: Saat Situs Leluhur Adat Bandung Tercampakan Pembangunan Monumental Pemerintah

Jajang juga memaparkan bahwa dirinya bukan kuncen dari tempat ini tetapi dikarenakan kuncen ditempat ini telah meninggal dunia pada tahun 2021 lalu dan keturunannya tidak ada yang bisa meneruskannya, sebab diantara mereka mempunyai kesibukannya masing-masing, sehingga ketika ada yang orang yang ingin berkunjung ke tempat ini ia lah yang selalu menjadi orang yang ditanyakan tentang tempat ini.

Selain maqom ini terdapat juga tempat bersejarah lain ditempat ini. Terdapat salah satu batu yang konon katanya tidak bisa dipindahkan.

Konon katanya batu tersebut sempat dipindahkan ke tempat lain tetapi keesokan harinya batu tersebut berpindah kembali ke tempat semula. Keberadaan batu tersebut tidak jauh dari sekitar petilasan dan posisi tepatnya berada dibelakang rumah warga.

Selain batu yang tidak dapat dipindahkan pun tak jauh dari tempat tersebut terdapat mata air yang keberadaannya ditengah tengah pohon bambu. “Ada juga mata air yang konon katanya dulu menjadi tempat peristirahatan para pengawal dari para wali yang sedang beristirahat ditempat ini, tapi tempat itu sekarang dijadikan tempat untuk yang aneh-aneh katanya ada yang bilang dipake buat sesuatu yang musyrik juga seperti minta ilmu hitam dan yang lainnya,” ujar Jajang.

Baca Juga: Situs Prasasti Perjuangan Kemerdekaan, Rumah Sejarah yang Mulai Terlupakan

Banyak dari masyarakat sekitar yang tidak tahu keberadaan tempat ini, entah karena tempatnya yang tersembunyi atau memang kebanyakan dari mereka tidak peduli tentang keberadaan tempat ini.

“Hanya para ustadz atau alim ulama aja yang ilmu agamanya kuat yang biasanya datang kesini, terus kebanyakan juga kalo bukan ustadz mereka yang datang kesini itu orang-orang yang ingin memperkuat agama terus disuruh sama gurunya buat datang ke tempat ini nanti dikasih tau namanya petilasan atau maqom yang ada ditengah kota di deket kolam berenang Santasea, nah tempatnya itu disini,” cerita Jajang.

Tempat Petilasan Nyimas Tanjung Sari dan Raden Rangga Bayi Dikusumah hanya salah satu contoh tempat bersejarah terbengkalai yang berada di Kota Sukabumi.  Ada banyak tempat lainnya yang mengalami nasib serupa, seperti rumah-rumah tua yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup keluarga-keluarga di masa lalu dan tempat-tempat lainnya yang dipakai oleh para pejuang bangsa.

Mereka semua membutuhkan perhatian, restorasi, dan upaya kolektif untuk memastikan bahwa kisah-kisah mereka tidak hilang begitu saja. Kota ini tidak hanya hidup di masa kini, tetapi juga terikat pada masa lalu yang tak terlupakan.

Maka, penting bagi kita untuk melihat sekeliling, menghargai tempat-tempat bersejarah terbengkalai ini, dan berusaha melestarikan warisan yang mereka bawa. Dengan cara ini, kita bisa belajar dari sejarah dan menghormati perjuangan dan pencapaian para pendahulu kita. (Alfina Lailaturrahmah Damayanti)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah