Angklung Sered Jadi WBTB Indonesia, Mangunreja Tasikmalaya Bangga

- 10 Oktober 2020, 00:35 WIB
KESENIAN tradisional Angklung Sered Balandongan.**
KESENIAN tradisional Angklung Sered Balandongan.** /Heriyanto Retno

PORTAL BANDUNG TIMUR - Pada Jumat 9 Oktober 2020 Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktur Perlindungan Kebudayaan  telah menetapkan 153 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2020.

Karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2020 disampaikan dalam Virtual Zoom Meeting.

Dari 153 WBTB Indonesia 2020 tersebut, 11 WBTB Jawa Barat ditetapkan dan salah satunya kesenian tradisional Angklung Sered dari Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini tentunya membuat masyarakat Kabupaten Tasikmalaya, khususnya , seniman dan pelaku seni di Kecamatan Mangunreja.

Baca Juga: Bandung – Garut Macet Belasan Kilometer

Hal tersebut sangatlah wajar, karena beberapakali kesenian Anglung Sered asal Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya sering menjadi perwakilan kesenian untuk ditampilkan ditingkat daerah maupun provinsi dan bahkan nasional.

Salah satunya Seni Pusaka Angklung Sered Balandongan Group Tunggal Jaya, pimpinan Ustad Tatang Somantri dari Kampung Balandongan, Ds. Sukaluyu Kec. Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya. 

Kesenian tradisional Angklung Sered Balandongan merupakan kesenian dari kebiasaan kaum pria di Kampung Balandongan yang menjadikan jogol, gelut ataupun adu barung (berkelahi) sebagai kebiasaan atau budaya.

Baca Juga: Antisipasi Penyebaran Covid-19 Fasilitas Publik Dibersihkan

Hal tersebut di karena diawal tahun 1908 keberadaan seorang jawara menjadi sosok yang sangat disegani dan ditakuti.

Untuk menentukan siapa yang paling sakti dan memilik ilmu bela diri (pencak silat) paling baik, kesenian Angklung Sered Balandongan menjadi ajang unjuk gigi.

“Setiap dusun  mengirimkan jagoannya untuk bertarung dan menentukan pimpinan, tapi itu dulu sekarang kesenian (angklung sered balandongan) menjadi kesenian hiburan tradisional,” ungkap Ustad Tatang Somantri pada satu kesempatan saat tampil di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House) Jalan Bukit Dago Selatan 53 Bandung.

Baca Juga: Selendang Batik Cetak Sepanjang 198 Meter Dibuat Masyarakat Parungseah

Pada awal pegelaran kesenian Angklung Sered Balandongan diawali dengan bunyi kendang dan tarompet pencak silat dikombinasikan dengan seperangkat dog-dog memanggil masyarakat mengiringi jagoannya yang memainkan angklung.

Kombinasi alat musik kendang dan tarompet pencak dengan dog dog kemudian ditambah angklung menjadi ciri khas kesenian angklung sered Balandongan yang berbeda dengan kesenian angklung manapun.

Setelah ditentukan jagoan yang akan tampil lebih dulu, seorang pawang mempersilakan keduanya untuk mempelajari kekuatan lawannya.

Baca Juga: Labuan Bajo Rebound, Pemulihan Destinasi Super Prioritas

Gerakan jagoan dengan memainkan  angklung rincik (angklung anak) yang mengintari tanah lapang seperti halnya ayam jago diikuti oleh masyarakat yang terus memainkan angklung.

Baru setelah mengetahui titik kelemahan lawan, pemain jago akan mendekati dan saling berhadapan.

Awalnya antara keduanya akan saling sered (mendorong) dengan mengandalkan kekuatan kaki (ngadu bitis)atau bahu (adu dogong) dan setelah salah satu terjatuh keduanya akan terlibat perkelahian (puket).

Baca Juga: Ratusan Anak SMK Diamankan Petugas Kepolisian

Perkelahian diantara kedua jagoan dengan masing-masing masih memegang angklung akan berlangsung sangat lama bila salah satu belum terkunci seperti dalam permainan benjang atau gulat.

Bahkan biasanya karena dulu menentukan jagoan desa, maka perkelahian berakhir dengan kematian atau cacatnya salah seorang dari jagoan.

Biasanya, bukan hanya satu hingga tiga pasang jago saja yang bertarung, tetapi bisa sampai lima hingga tujuh pasang.

Baca Juga: Profiles in History Akan Melelang Barang Dari Film James Bond

Perkelahian antar jagoanpun bisa berlangsung cukup lama dan berhari-hari sesuai dengan kesaktian para jagoan.

Sementara dalam pegelaran Kesenian Angklung Sered Balandongan hasil Program Pewarisan, semalam ditampilkan dalam bentuk kemasan hiburan sebagaimana yang berkembang saat ini  Kamp. Balandongan Ds.Sukaluyu Kec. Mangunjaya Kab.Tasikmalaya.

Kesenian biasanya dipegelarkan setiap pesta panen, hajatan lembur, Agustusan hingga menunggu waktu magrib pada bulan puasa.

Baca Juga: Mata Pengacara: Proses Pengadilan Bagian Perdata

Kesenian yang hingga kini masih terjaga dengan baik dari Kamp. Balandongan Ds.Sukaluyu Kec. Mangunjaya Kab.Tasikmalaya, yang terkenal sangat  agamis, konon sudah ada sejak tahun 1908. Hingga tahun 1917-an angklung sered berfungsi sebagai tangra dan kalangenan.

Pada tahun 1917-1942 berfungsi sebagai adu kekuatan atau adu jajaten untuk memilih jago yang akan menjadi pasukan RAA Wiratanuningrat, sehingga disebut kesenian angklung adu dan antara tahun 1942-1945 berubah fungsinya sebagai lambang perjuangan untuk melawan penjajah. Hingga tahun 1950-sekarang berfungsi sebagai alat hiburan.

Hal sangat menarik dari kesenian tradisional Angklung Sered Balandongan yang masih terjaga dan terpeliharan adalah keberadaanya di lingkungan masyarakat pesantren yang cukup agamis.

Baca Juga: Keindahan Pantai dan Pelestarian Penyu Hijau di Pantai Sindangkerta

Memang seperti banyak diketahui, selama ini kesenian di (kecamatan) Singaparna sulit tumbuh karena masyarakatnya yang sangat lekat dengan aturan agama (Islam), lagu-laguan dengan iringan musik atau tarian sangat ditabukan. Tapi mau bagaimana lagi ini merupakan kesenian tradisional yang merupakan warisan dan tidak ada kaitannya dengan agama. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x